Jumat 29 Apr 2022 13:59 WIB

Puncak Arus Mudik Tiba, Porter Bersukacita

Porter stasiun bersukacita menyambut para pemudik yang ingin memakai jasa mereka

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Christiyaningsih
Porter stasiun bersukacita menyambut para pemudik yang ingin memakai jasa mereka. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Porter stasiun bersukacita menyambut para pemudik yang ingin memakai jasa mereka. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Memasuki puncak arus mudik, kepadatan terlihat dimana-mana, termasuk di stasiun-stasiun besar di Kota Bandung. Penumpukan kendaraan sudah terlihat di jalan-jalan sekitar stasiun ketika tim Republika tiba. Gerombolan pemudik yang membawa gembolan tas serta oleh-oleh untuk sanak keluarga di kampung halaman mulai memenuhi area stasiun.

Pria-pria beragam usia yang mengenakan seragam senada juga tidak kalah sibuk menawarkan jasanya kepada penumpang. Amin salah satunya. Pria berusia 50 tahun yang sehari-hari bekerja di Stasiun Kiaracondong sebagai porter ini mengaku cukup kerepotan dengan banyaknya jumlah pemudik yang memadati Stasiun Kiaracondong.

Baca Juga

“Dari pagi sudah empat kali jalan, tapi biasanya paling ramai itu malam. Hari ini lebih ramai dibanding kemarin. Kalau seharian bisa enam sampai tujuh kali angkut,” kata pria asal Cilacap itu saat ditemui Republika di Stasiun Kiaracondong, Jumat (29/4/2022).

Amin, mewakili sekitar 50 porter lainnya di Stasiun Kiaracondong, mengaku sangat bersyukur dengan diizinkannya kembali aktivitas mudik. Dia mengatakan dua tahun belakangan, dia dan puluhan porter lainnya terpaksa harus membanting stir karena tidak adanya aktivitas di stasiun.

“(Dibanding awal pandemi) Jauh atuh, jauh pisan. Sekarang sudah lumayan. Kalau dulu mah sehari bisa enggak angkut sama sekali. Tapi kalau dibanding sebelum pandemi, memang sekarang masih rendah, belum normal lah,” ujarnya.

Meski suasana stasiun saat mudik masih belum normal seperti masa-masa sebelum pandemi, tapi Amin mengaku sangat bersyukur karena dapat memperoleh omzet yang cukup untuk membeli beras dan kebutuhan sehari-hari keluarganya. “Seneng Alhamdulillah, ada buat beli beras. Sekarang bisa sampai Rp 150 ribu lah, tapi kalau sebelum pandemi bisa sampai Rp 200 ribu per hari. Karena sekarang kan porter banyak, 50 lebih. Dulu kan lebih sedikit, paling 24 orang,” jelasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Dadang (53). Pria asal Cicalengka yang sudah 30 tahun mengabdikan diri sebagai porter di Stasiun Bandung ini mengaku sangat bersyukur dengan adanya mudik tahun ini.  

“Alhamdulillah setelah dua tahun berhenti, porter juga tidak bisa beraktivitas. Sekarang Alhamdulillah bersyukur sudah bisa aktif kembali,” kata Koordinator Porter Stasiun Bandung ini saat ditemui Republika.

Jumlah penumpang Stasiun Bandung, kata Dadang, meningkat drastis bahkan tiket keberangkatan beberapa tujuan seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang sudah ludes terjual. Kepadatan ini tentu akan menjadi angin segar bagi Dadang dan 66 porter Stasiun Bandung yang memang selama dua tahun terakhir harus menganggur imbas aturan pembatasan perjalanan.

“Alhamdulillah hari ini (28/4/2022) saya tadi dari jam 09.00 sudah dapat empat jalan. Alhamdulillah. Kalau Rp 20 ribu perorang berarti bisa dapat Rp 80 ribu. Tarif memang ditentukan penumpang, kita tidak tarifkan,” kata dia.

Meski stasiun telah kembali ramai, tapi menurut Dadang jumlah ini masih lebih sedikit jika dibandingkan masa-masa sebelum pandemi khususnya saat arus mudik. Selama pandemi, dalam sehari,Dadang mengaku hanya dapat melayani dua hingga tiga penumpang saja. Jumlah ini cukup jauh jika dibandingkan sebelum pandemi saat dia bisa melayani hingga lima penumpang dalam sehari.  

“Kalau tidak pandemi sebenarnya lumayan, bisa sampai lima jalan. Kalau sekarang porter masuk semua, tapi penumpang tidak terlalu banyak, dan sedikit yang nyuruh (pakai jasa porter), kita kan tidak maksa tidak ada target atau tarif juga,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement