Jumat 29 Apr 2022 07:14 WIB

Panen Cuan dari Bisnis Kue Kering Jelang Idul Fitri

Pedagang kue kering bisa meraup omzet ratusan juta rupiah menjelang Idulfitri

Rep: Eva Rianti/ Red: Christiyaningsih
Kegiatan produksi kue kering Dewi Cake di Kota Tangerang, Selasa (26/3/2022). Pedagang kue kering bisa meraup omzet ratusan juta rupiah menjelang Idulfitri.
Foto: Republika/Eva Rianti
Kegiatan produksi kue kering Dewi Cake di Kota Tangerang, Selasa (26/3/2022). Pedagang kue kering bisa meraup omzet ratusan juta rupiah menjelang Idulfitri.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Eksistensi bisnis kue kering seperti tak pernah lekang oleh waktu, terutama menjelang momen Idulfitri. Geliat bisnis kue kering begitu santer terlihat di banyak usaha rumahan atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di banyak wilayah, salah satunya di Kota Tangerang.

Ada banyak usaha kue kering di Kota Benteng tersebut dan semakin lama semakin berkembang hingga saat ini. Salah satu diantaranya yang cukup eksis adalah usaha kue kering milik Anton Sutianto (61) dengan merek Dewi Cake.

Baca Juga

Di kediamannya yang berlokasi di Jalan Sutopo, Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Anton mengembangkan usaha kue kering yang telah dilakoninya sejak 20 tahun yang lalu. Pada Selasa (26/4/2022) siang, tampak puluhan orang yang notabene kalangan emak-emak sibuk mengadon kue, membentuk, hingga mengemasnya ke dalam toples.

Aroma khas kue kering seperti nastar dan kastengel memenuhi ruangan yang dijadikan sebagai lokasi produksi. Kegurihan dan kerenyahan kue-kue yang diproduksi di tempat itu menyusup ke indera penciuman siapa saja yang berada di ruangan itu. Kesibukan pun tak terelakkan, termasuk Anton yang berkali-kali berkomunikasi dengan reseller dan pekerja.

"Banyak sekali pesanannya. Dalam sehari kami produksi 30 lusin, jadi sekitar 360 toples," ujar Anton saat ditemui di kediamannya sembari menampakkan wajah kelelahan.

Anton menyebut beberapa hari sebelum Lebaran pekerjaan memproduksi kue kering itu memakan waktu yang cukup panjang dari subuh hingga tengah malam. Untuk menyelesaikan pesanan yang banyak, dia mempekerjakan 20 karyawan yang notabene adalah warga di sekitar rumahnya.

Beberapa jenis kue kering yang diproduksi yakni nastar, kestengel, putri salju, lidah kucing, dan cokelat stik. Harga yang dibanderol pada produk kue kering tersebut yakni Rp 48 ribu hingga Rp 60 ribu per toples dengan berat sekitar 400 gram hingga 500 gram. Dengan memproduksi ratusan toples kue kering dalam satu hari, Anton bisa meraup omzet hingga ratusan juta rupiah.

"Omzet yang diperoleh bisa sampai Rp 300 juta kalau Lebaran kayak gini. Kalau momen lain seperti Natal, Imlek, dan Lebaran Haji paling Rp 50 juta sampai Rp 60 juta, enggak seramai Lebaran," terangnya.

Anton mengatakan meski persaingan bisnis kue kering cukup tinggi, pesanan tetap semakin mengalir. Bahkan banyak calon resellernya yang harus berlapang dada karena tidak dapat dipenuhi permintaannya saking derasnya pesanan.

"Produk kami sudah tersebar se-Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), juga sampai ke Cirebon. Keunggulan kami pertama karena harganya yang bisa dibilang terjangkau. Kedua, kualitasnya bukan yang murahan, kita enggak pakai bahan pengawet, produk kami hanya tahan tiga bulan. Sudah tersertifikasi halal dan dapat izin usaha," terangnya.

Tak hanya Anton, usaha Tya Irawan, owner Belvan Cake and Bakery yang berada di Kelurahan Sudimara, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang juga kebanjiran pesanan kue kering. Tya menyebut usahanya terus mengalami kemajuan dari tahun ke tahun dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan saat ini sebanyak tujuh orang.

"Alhamdulillah memang ada peningkatan setiap tahunnya. Tahun ini meningkat sekitar 15 persen. Tahun ini saya menyiapkan 1.000 paket atau toples kue kering," kata dia.

Harga dari tiap toples kue kering yang dijualnya berkisar antara Rp 70 ribu hingga Rp 90 ribu. Harga itu meningkat dari tahun sebelumnya di kisaran Rp 65 ribu hingga Rp 80 ribuan. "Bahan baku kebetulan ada kenaikan jadi saya menaikkan harga jual. Saya akhirnya menaikkan harga sekitar lima persen pada tahun ini," kata Tya.

Perempuan berusia 41 tahun tersebut mengatakan selain menjajakan ke reseller atau konsumen langsung, produknya juga dijajakan di banyak gerai UMKM di Kota Tangerang. Perempuan yang merupakan anggota aktif UMKM Ciledug Prima itu menuturkan  ia memproduksi kue kering setiap hari dengan rata-rata berjumlah dua lusin atau 24 toples.

"Usaha ini prospek banget karena kue kering kadang cukup dikenal masyarakat dalam arti punya tempat tersendiri. Apalagi UMKM ada penempatan di gerai-gerai UMKM seperti di kecamatan atau kelurahan, lalu pusat oleh-oleh khas Tangerang," kata dia.

Tya meyakini gurihnya bisnis kue kering yang diproduksi juga bersama dengan para produsen kue kering lainnya di Kota Tangerang dapat terus berkembang. Bisnis itu juga diyakini dapat membuka lapangan pekerjaan di bidang UMKM di wilayah penyangga Ibu Kota tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement