Jumat 22 Apr 2022 19:49 WIB

Alquran Tegaskan Persamaan Derajat Manusia

Umat Islam “mengheningkan cipta” memperingati turunnya Alquran dengan ibadah Ramadhan

Nuzulul Quran.
Foto:

Oleh : M. Fuad Nasar, Sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Islam

Dalam Alquran dijelaskan, Allah memuliakan anak keturunan Adam, Allah angkut mereka dengan kendaraan di darat dan di laut serta diberi-Nya rezeki dari yang baik-baik dan dilebihkan dari kebanyakan makhluk yang diciptakan-Nya dengan kelebihan yang sempurna. (Q.S. Al-Israa [17]:  70).

Menurut sebuah Hadits Qudsi, Allah SWT tidak menciptakan makhluk yang lebih mulia daripada akal-pikiran yang diberikan-Nya kepada manusia. Tetapi, apabila manusia mengabaikan petunjuk Ilahi, tidak menggunakan hati, mata dan telinga sebagaimana mestinya, ia bisa jatuh ke dalam posisi yang serendah-rendahnya.

Islam mengajarkan cara pandang terhadap sesama manusia dalam perspektif persamaan derajat dan kemuliaan martabat kemanusiaan. Ajaran tersebut melahirkan prinsip persamaan manusia di mata hukum. Islam lebih jauh menegakkan prinsip-prinsip kemerdekaan, toleransi dan hak asasi manusia di atas landasan tauhid dan perlindungan martabat manusia.

Semua manusia bersaudara dalam iman atau kemanusiaan. Sahabat Rasulullah, Khalifah Ali bin Abi Thalib, mengatakan, “Mereka yang bukan saudaramu dalam iman, saudaramu dalam kemanusiaan.”

Satu ketika iringan orang membawa jenazah lewat di depan Rasulullah, Nabi yang mulia itu berdiri dengan sikap menghormati. Salah seorang sahabat memberi tahu itu jenazah seorang Yahudi. Rasulullah mengatakan, “Bukankah dia seorang manusia?”

Kejadian di zaman Umar bin Khattab, ia menegur keras putra Gubernur Mesir setelah menerima pengaduan seorang rakyat biasa, pemuda Koptik, yang dipersekusi dipukul punggungnya oleh putra gubernur yang kalah dalam lomba pacuan kuda, menarik dipetik hikmahnya. Khalifah Umar bin Khattab mengucapkan kata-kata yang berkesan sepanjang sejarah, “Hai Amar, sejak kapan engkau memperbudak manusia padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?”

Umat Islam haruslah menjadi pionir terdepan dalam menegakkan dan membela nilai-nilai kemanusiaan sejalan dengan ajaran Alquran dan As-Sunnah. Prof Yusril Ihza Mahendra dalam uraian hikmah Peringatan Maulid Nabi Nabi Muhammad Saw di Istana Negara Jakarta tanggal 24 Mei 2002 M/12 Rabiul Awal 1423 M mengemukakan, “Sepanjang keberadaannya, Islam telah membangun peradaban besar yang telah memberikan sumbangan sangat menentukan dalam sejarah peradaban umat manusia hingga ke zaman kita sekarang ini. Demikian pula sumbangannya dalam rangka mengakui dan menghormati harkat dan martabat manusia. Tidaklah berlebihan kiranya, jika kita mengatakan bahwa Islam adalah agama kemanusiaan (religion of humanity).”

Islam mengajarkan, setiap manusia harus dihargai karena ia dilahirkan sebagai manusia, sebagai satu pribadi yang utuh. Ilmu, kekuasaan dan kekayaan tidak menentukan tinggi-rendahnya nilai kemanusiaan seseorang.

Sikap menghargai manusia yang kini mulai luntur dalam masyarakat perlu dibudayakan kembali. Jangankan menyakiti dan membunuh, merendahkan dan mengolok-olok sesama manusia adalah perbuatan terlarang dalam agama.

Sikap jujur dan objektif tidak boleh dikalahkan oleh pandangan sempit. Mereka yang berbeda keyakinan atau berbeda pendapat bukanlah musuh, melainkan kawan dalam berpikir.

Sebagaimana pesan Alquran, “Janganlah sekali-kali kebencianmu kepada satu kaum, mendorong kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Maidah [5]: 8).

Seorang pahlawan bangsa Mr. Sjafruddin Prawiranegara mengajarkan sikap teladan yang mencerminkan jiwa Islam, "Jangan pernah kehilangan objektifitas meskipun terhadap mereka yang tidak kita sukai."

Selamat menggali hikmah Nuzulul Quran. Semoga kehidupan kita bertambah baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement