REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Barat mengungkapkan peristiwa sopir angkot yang mengadang bus Trans Metro Pasundan di Kota Bandung disebabkan sosialisasi yang belum maksimal. Selain itu, pelayanan bus gratis untuk sementara bagi masyarakat menjadi alasan lain.
"Sosialisasi ke masyarakat sudah selesai bagus, antusias masyarakat banyak. Tinggal (sosialisasi) angkutan, para pengusaha yang belum maksimal," ujar Kepala Dishub Jabar A Koswara saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (21/4/2022).
Ia menuturkan program Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Bandung yang relatif belum siap terintegrasi dengan angkutan turut mempengaruhi terjadinya masalah di lapangan. Namun begitu, ia mengklaim keberadaan bus Trans Metro Pasundan justru akan meningkatkan layanan angkutan umum di Kota Bandung.
"Ini yang belum dipahami angkutan yang eksisting," katanya. Selanjutnya layanan bus yang masih gratis untuk beberapa waktu turut mempengaruhi para sopir angkutan umum.
"Ada kondisi ini, karena masih uji coba digratiskan. Uji coba dalam arti memotivasi masyarakat kembali ke angkutan umum, nanti mah nggak gratis berbayar juga karena seperti itu merasa terganggu," katanya.
Ia menambahkan ke depan akan dilakukan perbaikan dan penataan. Pihaknya mengaku selalu menyampaikan permasalahan di lapangan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Hal ini untuk direspon lebih fleksibel, supaya bisa diadaptasi dalam program itu. Aspirasi para supir angkutan akan diakodomasi supaya tidak menganggu yang eksisiting," katanya.
Sebelumnya, aksi pengadangan terhadap supir bus Trans Metro Pasundan kembali terulang di Kota Bandung. Akun instagram transportforbandung mengunggah dua rekaman video yang menunjukkan supir bus TMP diadang sopir angkot dan dipalak preman, Rabu (20/4/2022).