Rabu 20 Apr 2022 01:13 WIB

Melihat Peran Artificial Intelligence dalam Dunia Kesehatan

AI dalam pelayanan kesehatan diharapkan mempercepat pencapaian SDGs 2030.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Platform pemantauan kesehatan berbasis AI (ilustrasi).
Foto: Flickr
Platform pemantauan kesehatan berbasis AI (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Yarsi, Fasli Jalal mengatakan, beberapa tahun terakhir perkembangan teknologi mempercepat proses terjadinya inovasi di berbagai lini, termasuk inovasi teknologi di bidang kesehatan. Salah satu platform memiliki banyak peminat perkembangan teknologi kesehatan masa depan adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

"Kecerdasan buatan berfungsi meningkatkan optimalisasi penggunaan alat-alat diagnostik di laboratorium. Membantu konversi wawancara dokter-pasien. Juga sebuah dasar pengembangan peralatan wireless, bermanfaat bagi masyarakat dalam hal promosi kesehatan," ujar Fasli dalam diskusi 'Inovasi AI Dalam Pencapaian SDGs Kesehatan' di Jakarta Pusat, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga

Dia menyampaikan, kehadiran AI dalam pelayanan bidang kesehatan diharapkan dalam mempercepat pencapaian SDGs bidang kesehatan pada 2030. Di antaranya, untuk memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan keluarga, dan mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional.

SDGs, kata Fasli, dirancang melibatkan seluruh aktor pembangunan, pemerintah, civil society organization (CSO), swasta, akademisi, dan sebagainya. Hampir 9 juta suara masyarakat di seluruh dunia juga berkontribusi terhadap tujuan dan target SDGs serta tidak meninggalkan satu orang pun.

"Salah satu kekuatan Indonesia dalam pelaksanaan TPB/SDGs adalah keterlibatan semua pihak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pelaporannya," kata Fasli.

Dia juga menerangkan, para pemangku kepentingan utama yang berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan dan pencapaian SDGs di Indonesia terdiri dari empat platform, yaitu pemerintah dan parlemen, akademisi dan pakar, organisasi kemasyarakatan dan media, filantropi dan pelaku usaha.

Menurut dia, peran akademisi sangat penting untuk memiliki pemahaman lebih baik dan keterlibatan lebih luas mencapai SDGs. Isu SDGs mulai menjadi fokus Universitas Yarsi dengan dibentuknya Pusat SDGs yang tergabung dengan Pusat Kependudukan di bawah bidang dua pada struktur organisasi UY tahun 2021-2026.

"Dosen dan mahasiswa Universitas Yarsi diharapkan terlibat dan dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam berbagai skema implementasi SDGs sebagai komitmen terhadap pencapaian SDGs di Indonesia," jelas dia.

Tujuan dari kegiatan diskusi di atas tak lain untuk meningkatkan wawasan, menambah pengetahuan bagi masyarakat dan warga dalam lingkungan akademis, meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan tri dharma dosen serta mahasiswa dalam rangka upaya percepatan pencapaian SDGs di Indonesia. Pada webinar ini Universitas Yarsi menghadirkan pembicara Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto; Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Yarsi, Tjandra Yoga Aditama; dan Kepala Pusat e-health Chandra Praseteyo Utomo

SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun, mulai sejak tahun 2016 hingga 2030. SDGs hadir guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target SDGs.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement