Senin 18 Apr 2022 15:28 WIB

Muhammad Farhan: Ancaman Amerika Boikot G20 Bukan Basa-basi

Pemerintah harus tegas dalam menentukan sikap atas hal itu. 

Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi NasDem Muhammad Farhan mengatakan, Indonesia dipastikan memiliki positioning besar dalam kesuksesan G20.
Foto: Istimewa
Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi NasDem Muhammad Farhan mengatakan, Indonesia dipastikan memiliki positioning besar dalam kesuksesan G20.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat, Janet Yellen meengultimatum Presidensi G20 untuk menghapus Rusia dari forum ekonomi utama. Bahkan, Amerika mengancam akan memboikot sejumlah agenda jika Presidensi Indonesia menghadirkan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menyikapi hal ini, Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan meminta, Pemerintah harus tegas dalam menentukan sikap atas hal itu karena Indonesia dipastikan memiliki positioning besar dalam kesuksesan G20.

"Pernyataan Menteri Keuangan Amerika ini membuat kita agak bertanya-tanya, maunya apa ya? Padahal Presiden Biden masih memberikan syarat, bukan harga mati. Beliau mengatakan bahwa apabila Indonesia tidak bisa memenuhi permintaan ini (tidak mengundang Rusia) paling tidak undanglah Ukraina." ujar Farhan dalam keterangan persnya yang diterima Republika.co.id, Senin (18/4/2022).

Farhan memastikan, Amerika Serikat tidak basa basi atas permintaan tersebut. Tetapi, dia juga menekankan, bahwa Imbas konflik Rusia Ukraina yang berkepanjangan ini dinilai jadi momentum Indonesia menegaskan sikap netral.

"Pernyataan dari Mentri keuangan Amerika Serikat, tapi bukan dari Presiden (Biden) memang menegaskan bahwa mereka sedang mamastikan agar sanksi ekonomi itu memberikan efek yang besar, bukan yang sifatnya basa basi. Sikap politik mereka jadi sangat tegas," katanya.

Farhan menilai, sejauh ini belum ada negara-negara peserta G20 secara tegas bersikap terhadap rencana tersebut. "Indonesia harus hati-hati menyikapi pernyataan Menteri Keuangan AS ini. Walaupun, sampai sekarang belum terihat adanya pernyataan-pernyataan yang mendukung atau bersebrangan dengan Menteri Keuangan Amerika," ujarnya.

Farhan menerangkan, untuk menghadapi situasi itu Indonesia harus semakin massif membangun kepercayaan kepada peserta. "Kita pun harus bisa menggalang agar membentuk sikap yang jelas," ucapnya. 

"Indonesia harus bisa mengajak kolaborasi atau sikap bersama diantara para menteri luar negeri India, Brazil, anggota-anggota G20 yang lain. Sekarang momennya diplomasi modern, yaitu menaikan positioning bersama, sayangnya sekarang belum ada yang seperti itu," katanya lagi.

Forum G20 dinilai bakal menjadi momentum habis-habisan Amerika Serikat menyudutkan Rusia. "Saatnya sekarang membuat manuver menyeimbangkan hal itu, karena Amerika akan habis-habisan di G20 ; sehingga bisa saya simpulkan G20 ini bisa jadi The Last Frontier bagi AS mempertahankan hegemoninya di Dunia," katanya.

Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan berencana menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia pada Desember 2022. Semenjak invasi Rusia ke Ukraina, rencana kehadiran Rusia ke G20 ini ditentang Amerika Serikat (AS) dan sekutu AS.

Undangan untuk  KTT G20 2022 dikirim ke semua negara anggota (termasuk Rusia) pada 22 Februari 2022 yang lalu, atau dua hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina dimulai. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan, Rusia harus dikeluarkan dari forum Kelompok 20 ekonomi utama, dan Amerika Serikat akan memboikot "sejumlah pertemuan G20" di Indonesia jika pejabat Rusia muncul.

"Presiden Biden menjelaskan, dan saya tentu setuju dengannya, bahwa Rusia tidak bisa menjadi mitra bisnis seperti biasa di lembaga keuangan mana pun," kata Yellen dalam menanggapi sebuah pertanyaan, seperti dikutip Reuters. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement