Senin 02 May 2022 09:09 WIB

Meniti Jalan Hijrah di Balik Tembok Penjara

Dzikir memohon ampunan Allah SWT dilantunkan puluhan warga binaan Lapas Indramayu

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Bayu Hermawan
Puluhan warga binaan mengikuti pesantren kilat Ramadhan di Lapas Kelas II B Indramayu.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Puluhan warga binaan mengikuti pesantren kilat Ramadhan di Lapas Kelas II B Indramayu.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Suara lantunan istighfar menggema dari dalam Masjid At Taqwa yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Indramayu. Dzikir untuk memohon ampunan kepada Allah SWT itu dilantunkan puluhan warga binaan yang mengenakan baju putih dan berpeci hitam. Mereka duduk bersila dan berdzikir dengan penuh kekhusyukan.

Usai beristighfar, mereka melanjutkannya dengan melantunkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah cukup lama, terdengar pengumuman dari pemimpin dzikir agar mereka menuju kelompoknya masing-masing.

Ada tiga kelompok yang dimaksud. Yakni, kelompok pembelajaran iqro bagi mereka yang belum bisa membaca Alquran, kelompok tadarus bagi mereka yang sudah bisa membaca Alquran, dan kelompok pembelajaran menulis Alquran.

Dalam setiap kelompok, terdapat ustaz yang membimbing mereka. Untuk kelompok iqro, mereka duduk dengan membentuk dua barisan memanjang. Sedangkan kelompok tadarus, duduk membentuk lingkaran. Begitu pula kelompok yang belajar menulis Alquran, duduk melingkar menghadap papan tulis.

Setelah selesai, ketiga kelompok kembali bergabung untuk mengikuti kajian kitab kuning. Hal tersebut berlangsung hingga menjelang adzan Magrib untuk selanjutnya berbuka puasa.

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari pesantren kilat Ramadhan, yang digelar Lapas Indramayu. Ada 54 orang warga binaan yang mengikuti kegiatan yang dilakukan pagi hari dan sore hari bada Ashar itu. Selain pembelajaran Alquran, adapula pembelajaran cara berwudhu maupun cara sholat yang benar.

"Dalam kegiatan pesantren kilat Ramadhan ini, targetnya adalah, bagi yang belum bisa baca dan menulis Alquran, menjadi bisa. Dan bagi yang sudah bisa, semakin meningkat," kata  Kepala Lapas Kelas IIB Indramayu, Beni Hidayat.

Beni menyatakan, pihaknya memberikan kesempatan penuh kepada para warga binaan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Para warga binaan itupun mengikuti kegiatan tersebut dengan kesadaran mereka sendiri. Mereka termotivasi ingin hijrah dari masa lalu menuju kehidupan yang lebih baik.

Hal itu seperti yang diungkapkan salah seorang warga binaan yang mengikuti pesantren kilat, Andi Sofandi. Pria bertato itu mengaku termotivasi ikut pesantren kilat agar bisa menjalani hidup yang lebih baik lagi. Dia bertekad ingin meningkatkan kualitas hidupnya dari yang sebelumnya tidak tahu cara membaca Alquran, akhirnya menjadi tahu.

"Saya ingin hijrah. Sangat menyesal (dengan kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu), tidak mau mengulangi lagi. Mungkin ini teguran dari Allah SWT. Saat di luar, saya tidak mempedulikan ibadah. Tapi di sini, bisa merasakan manisnya ibadah," tutur warga binaan yang tersandung kasus trafiking itu.

Andi mengatakan, baru menjalani Ramadhan pertama dibalik penjara. Dia mengaku sedih karena harus jauh dari keluarga.

"Tapi mau tidak mau harus dijalani. Ini proses menjadi lebih baik," tukas warga asal Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu itu.

Hal senada diungkapkan Juan. Di usianya yang kini menginjak 37 tahun, warga binaan yang divonis tujuh tahun dalam kasus narkoba itu belum bisa membaca Alquran sama sekali.

Untuk itu, Juan mengikuti kelompok iqro. Sejak pesantren kilat dimulai, dia semangat mempelajari huruf demi huruf hijaiyah hingga kini sudah bisa membaca potongan kata demi kata dalam buku pembelajaran Iqro. Tak hanya selama mengikuti kegiatan pesantren kilat, buku Iqro juga dibawanya ke dalam sel tahanan untuk dipelajarinya secara mandiri.

"Dari kecil saya belum pernah mengaji, tidak bisa sama sekali. Senang di bulan Ramadhan ini setiap hari belajar mengaji," tutur Juan.

Juan mengaku awalnya susah untuk bisa membaca Alquran. Namun dengan niatnya yang kuat dan kesabaran ustaz yang membimbingnya, dia kini mulai bisa membaca Alquran sedikit demi sedikit.

"Alhamdulillah bisa. Rasanya tenang dan adem saat mengaji," ucap Juan.

Juan pun bertekad ingin hijrah dari masa lalunya. Dia mengaku tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang pernah dilakukannya. Kehidupannya di balik tembok penjara, menjadi kesempatannya untuk menjadi orang yang lebih baik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement