Rabu 13 Apr 2022 03:15 WIB

Distribusi Lamban Penyebab Minyak Goreng Curah Masih di Atas Rp 14 Ribu

Badan Pangan Nasional menyatakan distribusi minyak goreng curah masih lamban

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pedagang mengemas minyak goreng curah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (4/4/2022). Badan Pangan Nasional menyatakan distribusi minyak goreng curah yang lamban menyebabkan harganya di pasaran kini masih di atas HET. Ilustrasi.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Pedagang mengemas minyak goreng curah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (4/4/2022). Badan Pangan Nasional menyatakan distribusi minyak goreng curah yang lamban menyebabkan harganya di pasaran kini masih di atas HET. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Badan Pangan Nasional menyatakan distribusi minyak goreng curah yang lamban menyebabkan harganya di pasaran kini masih di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 14 ribu per liter atau Rp 15,5 ribu per kilogram.

"Karena barangnya (minyak goreng curah) ada. Registrasi produsen juga sudah. Tinggal didorong secepatnya masuk ke pasar dan harganya itu Rp 14 ribu per liter," ungkap Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi usai inspeksi ketersediaan bahan pangan bersama Komisi VI DPR RI di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/4/2022).

Baca Juga

Sadar dengan distribusi yang masih lamban, maka menurutnya pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng akan dicairkan secepatnya dengan cara diberikan sekaligus di muka. Sejatinya penyaluran BLT minyak goreng sebesar Rp 100 ribu per bulan selama tiga bulan dimulai April ini. Namun, kebijakan yang terakhir diambil yakni langsung diberikan sekaligus tiga bulan atau Rp 300 ribu dalam satu waktu.

"Ini untuk membantu masyarakat sebanyak 20,6 juta orang plus 2,5 juta Pedagang Kaki Lima (PKL). Karena disadari minyak goreng curah barangnya belum cepat masuk," kata Arief.

Selain percepatan distribusi minyak goreng, Arief juga mendorong percepatan pasokan daging jelang Idulfitri. Selain untuk mencukupi kebutuhan, percepatan distribusi sekaligus untuk menstabilkan harga agar tidak melonjak drastis.

"Di Pasar Cibinong ini harga daging sapi Rp 130-140 ribu per kilogram. Yang harus dikerjakan cepat yaitu masuknya daging kerbau untuk memberi pilihan ke masyarakat karena harganya bisa di bawah Rp 100 ribu," ujarnya.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal di tempat yang sama mendapati harga minyak goreng curah jauh lebih mahal dari HET. Harga minyak goreng curah di Pasar Cibinong masih di angka Rp 22 ribu per kilogram, hanya terdapat selisih Rp 2 ribu dari minyak goreng kemasan yang harganya Rp 24 ribu per kilogram.

"Harga minyak goreng curah masih belum mencapai Rp 14 ribu (per liter atau Rp15.500 per kilogram) sebagaimana seperti yang diharapkan," kata Hekal.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengungkapkan kenaikan harga pada sejumlah komoditas tidak lepas dari pengaruh global. Selain minyak goreng dan daging, harga kedelai hingga telur ayam yang cenderung meningkat belakangan ini. Untuk kedelai, kata dia, dipengaruhi tingginya biaya logistik mengingat harus diimpor oleh pengrajin tempe dan tahu.

"Jadi pemerintah menyiapkan subsidi untuk harga, yakni Rp 1.000. Jadi harga perlu disesuaikan tapi kami berikan subsidi untuk meringankan beban UMKM perajin tahu tempe yang mencapai 155 ribu UMKM," kata Oke.

Sementara kenaikan harga telur menurutnya cenderung dipengaruhi oleh melonjaknya harga pakan ayam. "Kami juga bantu peternak dengan 50 ribu ton pakan ayam. Saat ini, telur ayam Rp 24 ribu per kilogram tapi biaya produksinya Rp 21 ribu. Nanti ke depan kita akan berikan bantuan subsidinya juga," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement