REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajaran Polda Metro Jaya telah menangkap dua dari enam terduga pelaku pengeroyokan terhadap pegiat media sosial, Ade Armando di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2022) kemarin. Keenam pelaku tersebut menyamar sebagai mahasiswa dan menyusup ke dalam aksi.
"Polda Metro Jaya berhasil melakukan identifikasi pada pelaku pemukulan Ade Armando. Ada enam orang yang kami jadikan tersangka," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (12/4/2022).
Menurut Zulpan, kelima pelaku masing-masing bernama Muhammad Bagja, Komar, Ul Haq Haq, Ade Purnama, Abdul Latif, dan Abdul Manaf. Dari enam tersangka tersebut, dua di antaranya Muhammad Bagja dan Komar ditangkap pada Selasa di tempat yang berbeda.
Muhammad Bagja ditangkap di Jakarta dan Komar ditangkap di Jonggol, Kabupaten Bogor. "Di bawah pimpinan Dirkrimum dan Dirkrimsus telah menangkap 2 orang pelaku," kata Zulpan.
Sementara empat orang tersangka lainnya masih dalam pencarian petugas. Zulpan mengimbau agar keempat pelaku pengeroyokan dan pemukulan Ade Armando itu segera menyerahkan diri.
Akibat perbuatannya, para tersangka dijerat dengan pasal 170 KUHP. Dalam pasal itu disebutkan, barangsiapa yang dimuka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.
Diketahui, saat itu Ade Armando bersama rekan-rekannya datang ke tempat massa demonstrasi untuk melakukan peliputan atas nama Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS). Peliputan tersebut dilakukan Ade Armando untuk membuat konten Youtube dan media sosial. Hal itu disampaikan oleh Sekjen PIS bernama Nong Darol Mahmada.
"Tujuannya untuk membuat konten youtube dan media sosial Gerakan PIS," terang Nong Darol Mahmada dalam keterangannya.
Menurut Nong Darol Mahmada, pada awalnya tidak ada masalah, bahkan beberapa media massa mewawancarai Ade Armando. Pukul 15.35 WIB tim menyepakati untuk menyudahi peliputan. Posisinya saat itu ada di depan pintu gerbang utama DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.
Kemudian pukul 15.38 WIB tim mundur dari posisi semula dan menjauh dari massa demonstrasi. Saat mundur beberapa orang massa di situ terlihat mengawasi dan saling berbisik diantara mereka. Pukul 15.40 WIB tiba-tiba didatangi oleh seorang ibu-ibu tidak dikenal sambil memaki-maki.
"Makian ibu-ibu inilah yang merangsang massa untuk bertindak beringas. Mereka semua mengepung Ade Armando dan tim," kata Nong Darol Mahmada.
Lanjut Nong Darol Mahmada, pukul 15.41 WIB Ade Armando dan tim kemudian mundur ke dinding pagar DPR RI. Kemudian didatangi massa yang mendorong-dorong Ade Armando. Tim liputan bergeser ke sebelah kiri depan gedung DPR. Mereka hendak meninggalkan lokasi karena sudah tidak kondusif.
"Beberapa saat kemudian dihampiri beberapa orang tidak dikenal, mereka tiba-tiba langsung menyerang. Sebelumnya mereka mengepung Ade dan tim. Sepertinya pengepungan dilakukan untuk menutup penyerangan dari pantauan petugas," tutur Nong Darol Mahmada.