Sabtu 09 Apr 2022 20:29 WIB

Berburu Serabi Legendaris di Dawarblandong Mojokerto Jelang Berbuka Puasa

Berburu Serabi Legendaris di Dawarblandong Mojokerto Jelang Berbuka Puasa

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
Berburu Serabi Legendaris di Dawarblandong Mojokerto Jelang Berbuka Puasa
Berburu Serabi Legendaris di Dawarblandong Mojokerto Jelang Berbuka Puasa

Mojokerto - Serabi atau dalam Bahasa Jawa disebut serebeh, menjadi salah satu kudapan atau jajanan primadona di bulan ramadan sebagai menu berbuka puasa.

Di Dusun Toyo, Desa Talunblandong, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, terdapat puluhan warga yang berjualan kue tradisional tersebut.

Meski begitu, kedai serabi legendaris yang pertama kali berjualan sejak Tahun 1940, tetap menjadi buruan warga. Serabi legendaris itu bernama 'Srebeh Toyo'. Usaha ini diteruskan oleh Sunadi (50) dan istrinya Winarti (42).

Pasangan suami istri ini merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha Srebeh Toyo. Usaha ini pertama kali dijalankan oleh nenek Winarti di Pasar Wage, lalu diteruskan ibunya, kemudian dirinya.

Sunadi saat menuangkan adonan serabi di kedai Srebeh Toyo Dawarblandong, Mojokerto

Walau generasi ketiga, rasa dan aroma yang dihasilkan olahan dari keduanya tidak ada perbedaan atau tetap sama dengan sang nenek waktu pertama kali berjualan.

Di kedai Srebeh Toyo, tampak beberapa orang rela antre untuk membeli jajanan tradisional tersebut untuk disantap saat berbuka puasa.

"Rasanya khas, enak, gurihnya juga pas, tidak keras. Kalau yang kuah pun tidak terlalu manis," ungkap seorang pembeli yang antre, Indah (50) pada Jumat (8/4/2022).

Pembeli hanya cukup mengeluarkan kocek Rp 5 ribu, untuk bisa mencicipi gurih, nikmat serta legitnya serabi legendaris ini. Berbagai macam menu, juga disajikan, seperti serabi dan ketan dalam satu wadah.

Sementara Sunadi menjelaskan, dia dan istrinya Winarti tetap menjaga kualitas serta cita rasa yang telah ada dalam resep keluarga. Bahkan tidak ada bahan khusus yang tercampur dalam adonan serabi, yaitu tepung beras, santan dan air panas saja.

"Tidak ada, tapi mainnya di komposisi saja, sama main di panas api ketika memasak. Ini yang seringkali gak diperhatikan pembuat serabi kebanyakan," ucapnya.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai perangkat desa ini juga mengikuti perkembangan dunia kuliner. Dirinya menyajikan serabi dengan berbagai toping mulai dari rasa coklat, keju dan juga kacang.

Kedai berwarna hijau itu juga menyajikan jajanan tradisional lain seperti getuk lindri, klepon, ketan sambal dan sate cenil dengan harga cukup terjangkau, mulai Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu per porsi.

Bapak satu anak itu menjelaskan, di bulan ramadan, dia hanya menghabiskan adonan 9 kilogram saja atau lebih sedikit dibanding hari di luar puasa, yang rata-rata 12 kilogram.

"Sengaja kalau puasa malah gak kami bawa banyak, karena waktu berjualan juga lebih sedikit. Ada waktu untuk beribadah juga," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement