REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut akan meluncurkan aplikasi minyak goreng (migor). Hal ini ia sebutkan saat mengisi ceramah di Masjid Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Selasa (5/4) malam.
"Pulang dari Yogya saya akan me-launching aplikasi minyak goreng," kata gubernur yang biasa disapa Kang Emil tersebut, saat mengisi ceramah dengan tema 'Perencanaan Pembangunan Nasional untuk Indonesia Berkemajuan' di Masjid UGM, Sleman, Selasa (5/4).
Saat menyebut launching aplikasi minyak goreng, jamaah tarawih di masjid tersebut banyak yang tertawa. Mereka mengira Kang Emil membuat guyonan ataupun sindiran soal minyak goreng yang menyulitkan masyarakat. Namun, Emil kemudian menjelaskan bahwa apa yang disampaikannya bukan candaan."Ini bukan lelucon, ini serius," ujar Kang Emil.
Gubernur yang juga seorang arsitektur ini menjelaskan, dengan aplikasi yang akan dibuat, warga dapat memesan migor secara online dan nantinya dikirim langsung ke rumah-rumah warga.
Sayangnya layanan yang mempermudah ini baru bisa diterapkan di Jawa Barat. "Nanti warga Jabar bisa memesan migor via online, kami kirimkan ke rumah-rumah tanpa pihak ketiga dan biaya kirimnya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat," jelas Kang Emil.
Sontak seorang jamaah pun bertanya, apakah layanan tersebut juga dapat diakses oleh warga DIY. "Kebetulan wilayahnya hanya Jawa Barat," kata Emil diiringi tawa jamaah.
Emil juga menyebut bahwa saat ini kondisi perekonomian Indonesia berada di peringkat 16 dari 20 negara anggota G20. Adapun 20 negara yang masuk dalam G20 sendiri, kata dia, menguasai 85 persen perekonomian dunia.
"10 tahun lagi kalau kita damai, tidak bertengkar, (dan ada) inovasi, kita bisa rangking 10 ekonomi dunia. Dan pada 2045 yaitu 23 tahun dari sekarang, saat saya 74 tahun dan senior (mahasiswa) di sini saya doakan panjang umur, insya Allah kita rangking empat dunia," tambah Emil.
"Jadi, tahun 1945 saat Ramadhan (Indonesia) diproklamasikan sebagai negara merdeka, Ramadhan 2045 insya Allah kita proklamasi sebagai negara adidaya," lanjutnya.
Untuk menuju negara adidaya, kata Emil, ada beberapa syarat yang harus dilakukan. Syarat pertama yakni sumber daya manusianya (SDM) harus berkualitas dan tidak boleh ada stunting.
Syarat kedua yakni ekonominya harus unggul. Sedangkan, untuk syarat ketiga untuk menjadi negara adidaya yakni kondisi sosial politik harus kondusif.
"Alias tidak boleh ada kecurangan, tidak boleh banyak pertengkaran. Saya imbau kepada seluruh jiwa-jiwa (yang ada di masjid) di sini untuk mengurangi nafsu, mengurangi potensi untuk bertengkar," kata Emil.