Selasa 05 Apr 2022 20:43 WIB

Menkes Ungkap Kendala Atasi Stunting Anak Indonesia

Menkes ungkap pencegahan stunting penting menuju puncak demografi 2030

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkap kendala utama mengatasi stunting di Indonesia adalah perihal eksekusi. Menurut Budi, program dan regulasi yang ada sudah relevan untuk mengatasi kasus malnutrisi pada anak tersebut.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkap kendala utama mengatasi stunting di Indonesia adalah perihal eksekusi. Menurut Budi, program dan regulasi yang ada sudah relevan untuk mengatasi kasus malnutrisi pada anak tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkap kendala utama mengatasi stunting di Indonesia adalah perihal eksekusi. Menurut Budi, program dan regulasi yang ada sudah relevan untuk mengatasi kasus malnutrisi pada anak tersebut.

Anak-anak mulai dari enam bulan ke atas, sudah perlu diberikan protein hewani dalam MPASI-nya. Selain itu, jika ada tanda-tanda atau gejala yang mengkhawatirkan, segera bawa anak ke layanan kesehatan agar bisa cepat diintervensi masalahnya.

“Ingat dikasih telur, susu, kalau sakit kirim ke puskesmas, dipastikan dokternya ada dan dibayar. Kalau stunting dikirim ke rumah sakit, dibayar BPJS. Karena terlalu banyak program saya rasa tkdak fokus, kita sudah banyak peraturan, regulasi tinggal masalahnya di eksekusi,” kata Menkes Budi dalam acara bersama Tentang Anak, Selasa (5/4/2022).

Budi menekankan perlunya pencegahan stunting, terlebih Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi pada 2030. Hal ini mengartikan bahwa populasi usia muda, porsinya akan lebih banyak dibandingkan yang lebih tua.

Setelah itu, angkanya akan turun, dan populasi usia lebih tua yang kalah produktif akan menjadi lebih banyak. Hal yang dikhawatirkan adalah apakah generasi penerus bangsa atau anak-anak saat ini dalam kondisi yang sehat dan kuat.

Jika tidak, maka alih-alih menjadi bonus demografi, melainkan justru bencana demografi. Karenanya, Budi mengingatkan agar para orang tua semakin sadar terkait tumbuh kembang anak. 

Apalagi kondisi stunting bisa menurunkan 30 persen kemampuan IQ. Prevalesi anak stunting saat ini di Indonesia mencapai 24 persen. Artinya, satu dari empat anak yang lahir di Indonesia mengalami stunting. Penting melakukan skrining untuk mengetahui sekaligus menanganinya lebih cepat.

Pemerintah menargetkan untuk menurunkan angka stunting sampai 14 persen di 2024. Untuk mencapai target itu membutuhkan penurunan sekitar 3-3,5 persen per tahun. 

Hal itu diakui Budi bukan pekerjaan mudah. Dia melihat bahwa ibu dan anak harus sama-sama diintervensi terkait pencegahan dini. Selain itu, edukasi kepada para ibu muda juga menjadi perhatian yang semakin penting. Kampanye gencar dan menarik semakin diperlukan sampai edukasi ini dipahami dan diterapkan.

“Harus kasih makan protein hewani, jangan terjadi infeksi gizi, kita juga sudah siapkan tatalaksana bagaimana kalau haris diperbaiki, mesti ke puskesmas, dokternya siap. Kalau sidaj stunting, mana yang dibawa ke RS, dokternya seperti apa,” tambah Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement