Selasa 05 Apr 2022 19:24 WIB

BPBD DKI Ingatkan Warga yang Tinggal di Tanah dengan Lapisan Miring

Ciri lain yang perlu diwaspadai adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung

Tampak spanduk peringatan dipasangi di sejumlah rumah di pinggir tebing sungai diKelurahan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan (ilustrasi)
Foto: Republika/Febryan. A
Tampak spanduk peringatan dipasangi di sejumlah rumah di pinggir tebing sungai diKelurahan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengingatkan warga yang tinggal di atas lapisan tanah dan bebatuan yang miring atau menonjol ke arah luar untuk lebih waspada saat musim hujan. Karena kawasan dengan kontor seperti itu rawan longsor. "Adanya lapisan tanah atau batuan yang miring ke arah luar," kata Kepala BPBD DKI Isnawa Adjisaat menyampaikan lima ciri tanah rawan longsor selama musim hujan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). 

Selain itu, ciri kedua yakni adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda, selanjutnya adanya rembesan air pada lereng. Ciri keempat, adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan kelima, perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.

Baca Juga

Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, BPBD DKI mengimbau masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali atau sungai untuk tidak membangun rumah di atas, di bawah atau di bibir tebing. Kemudian, lanjut dia, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.

Tanah longsor, kata dia, bisa terjadi karena berbagai macam pemicu seperti curah hujan, gempa bumi, erosi hingga aktivitas manusia. Isnawa menambahkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan informasi potensi gerakan tanah di Jakarta setiap bulan melalui analisa data curah hujan yang dikeluarkan oleh BMKG, yang kemudian disadur oleh BPBD DKI untuk diinformasikan ke masyarakat. "Sepanjang tahun 2017 hingga 2021 terdapat total sebanyak 57 kejadian tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi di Jakarta," ujar Isnawa.

Lebih lanjut, Isnawa mengatakan, mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali atau sungai. Tanah longsor, kata dia, paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan sebanyak 34 kejadian dan Jakarta Timur (21 kejadian). Adapun untuk detail wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi yakni di Srengseng Sawah sebanyak enam kejadian dan Ciganjur sebanyak empat kejadian.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement