REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Mengembangkan suatu usaha bukan hal yang mudah dilakukan oleh orang-orang dengan latar belakang ekonomi yang kurang mendukung. Seperti yang dialami oleh Ety Nurhaeti, warga Babakan Pocis, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel). Owner Kerupuk RHR Tangsel ini, merasakan pilu dan sengsaranya membesarkan usaha hingga akhirnya bisa menghasilkan laba yang terus mengalir hingga saat ini.
Ety mulai terjun untuk fokus menjalankan usaha Kerupuk RHR Tangsel sejak 2015 yang lalu. Usaha kerupuk itu dilakoninya sembari bekerja sebagai pengajar. Namun lantaran usahanya stagnan, dia pun memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai seorang pengajar agar bisa fokus mengurus usahanya.
Usaha kerupuk Ety menemui aral melintang yang sempat membuat dirinya dan keluarganya terpuruk. Pada saat itu, kondisi ekonomi Ety dan keluarga serba kekurangan. Meski sudah meminjam dana dari berbagai sumber untuk memutar roda usahanya, keberhasilan belum berpihak padanya. Bisnisnya terus dalam posisi stagnan.
Eti mengaku untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sendiri saja kesulitan. Ditambah ujian kematian seorang anaknya pada masa itu. Bahkan ia pernah tak sanggup menggaji karyawannya senilai Rp 700 ribu.
“Boro-boro untuk beli bahan baku, untuk beli beras pun itu enggak kebeli,” ungkap Eti dengan suara bergetar saat menceritakan kondisi keluarga dan usahanya, dikutip dari laman Youtube Jagalilin, Senin (4/4/2022).
Ety mengatakan dia dan suami mencoba menelaah penyebab tak berkembangnya usaha kerupuk yang dijalankan. Dia pun mengaku terus mencari informasi mengenai usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak di Kota Tangsel. Hingga akhirnya kebangkitannya berawal dari mengikuti kegiatan pelatihan UKM yang digelar oleh dinas terkait di Kota Tangsel.
Ety seperti menemui secercah cahaya sejak itu. Dari pelatihan tersebut, Ety menuturkan mendapatkan banyak ilmu mengenai pengembangan produk, mulai dari inovasi produk hingga pengurusan legalitas produk yang didapatkannya secara cuma-cuma.
Dia pun semakin tertarik menimba ilmu dari berbagai hal, termasuk komunitas atau event-event bazar dan semacamnya. Dari situ, tekadnya yang kuat untuk mengembangkan bisnis kerupuk mulai membuahkan hasil secara perlahan demi perlahan.
“Saya selalu ikuti kegiatan-kegiatan yang ada, saat ada workshop biasanya saya bawa tentengan, saya dikenal sebagai ‘ibu dengan kerupuk sebareg’, itu strategi saya dalam //branding. Akhirnya ada yang tergelitik dengan kerupuk saya, saat tester ada yang berminat jadi reseller, dan reseller saya ternyata link-linknya kementerian-kementerian di Jakarta,” ungkapnya.
Karakter Ety yang pantang menyerah dan selalu berusaha membuat roda usaha kerupuknya saat ini terus berputar. Pangsa pasar yang sudah terbentuk semakin menguatkan posisi bisnisnya. Produksi kerupuknya pun kian diminati banyak kalangan, mulai dari perorangan hingga catering.
“Galilah kemampuan yang Allah beri, positif thinking, harus percaya diri, kalau tidak begitu tidak akan membangun dan mengubah (bisnis). Kan ada sebuah quote: bertebaranlah di muka bumi, maka rezeki akan kita dapat,” kata Ety.
Simak kisah selengkapnya di video berikut: