Senin 28 Mar 2022 16:16 WIB

Kutip Soekarno, Megawati: Politik Itu Paling Penting adalah Perut Kenyang

'Kalau saya lapar, mengerjakan PR sekolah itu rasanya susah sekali,' kata Megawati.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan secara virtual ketika acara demo memasak tanpa minyak goreng di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Senin (28/3/2022). Kegiatan demo masak ini digelar untuk menunjukkan betapa Indonesia adalah negara kaya pangan, dan banyak cara untuk mengolah bahan pangan menjadi masakan-masakan yang lezat dan bergizi.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan secara virtual ketika acara demo memasak tanpa minyak goreng di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Senin (28/3/2022). Kegiatan demo masak ini digelar untuk menunjukkan betapa Indonesia adalah negara kaya pangan, dan banyak cara untuk mengolah bahan pangan menjadi masakan-masakan yang lezat dan bergizi.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri kerap menerima banyak pertanyaan yang menyebutnya justru mengurus ihwal makanan dan tanaman, bukan politik. Namun, ia menjelaskan bahwa politik itu tak hanya politik.

Hal tersebut diketahuinya dari sang ayah yang merupakan presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. Saat kecil, ia bertanya kepada Soekarno tentang maksud dari politik untuk kepentingan rakyat.

Baca Juga

"Beliau dengan enteng mengatakan, yang namanya perut harus kenyang. Sangat lucu kan ya, saya bertanya politik saya pikir akan mendapatkan sebuah masukan yang berat, nah beliau toh mengatakan enteng, yang paling penting adalah perut harus kenyang," ujar Megawati dalam acara Demo Memasak tanpa Minyak Goreng, Senin (28/3/2022).

Ketika ia masih kecil, Megawati mengaku tak tahu maksud jawaban dari Soekarno tersebut. Namun perlahan, ia mulai paham maksud perkataan ayah sekaligus guru politiknya tersebut.

"Waktu itu saya tidak bisa mencernanya dengan baik, tapi setelah makin besar, makin dewasa saya makin mengerti. Karena saya dapat merasakan, kalau saya lapar saja untuk mengerjakan PR sekolah itu rasanya susah sekali," ujar Megawati.

Kemudian ia menyinggung politikus saat ini yang kerap menjadikan pernyataan lawan politiknya sebagai sesuatu yang kontra. Padahal, hal tersebut justru akan mematikan pendapat yang berbahaya bagi kehidupan bangsa.

"Kenapa ya sebenarnya menurut saya, para politisi yang terhormat, kenapa sih kalau membuat perbedaan langsung pro kontra gitu. Menurut saya sebenarnya untuk apa ya? Coba dipikirkan dengan baik-baik dulu," ujar Megawati.

"Saya jadi harus berbicara sedikit politik, bayangkan ya untuk apa sebetulnya? itu kan merugikan rakyat sendiri. Ketika saya hanya dibilang seorang pemimpin yang katanya mengatakan untuk wong cilik, tapi seperti tidak empati terhadap masalah minyak, bukannya demikian," sambung presiden ke-5 Republik Indonesia itu.

Inilah yang terjadi ketika ia mengomentari kelangkaan minyak goreng yang membuat banyak ibu harus mengantre. Padahal, maksud pernyataannya tersebut adalah ia menjelaskan pertanyaan di benaknya, apakah ketika mengantre mereka sudah memasakkan makanan untuk anaknya.

"Saya bertanya, nanti kan pas anak-anaknya pulang sekolah apakah ibunya ini sudah masak? itu sebenarnya pertanyaan besar saya sebenarnya. Oleh sebab itulah saya mengintrodusir, nanti ada lagi yang bilang ohh Bu Mega bilang ndak boleh memasak dengan minyak goreng, no," ujar Megawati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement