Jumat 25 Mar 2022 11:40 WIB

Petani Binaan PT Astra di Banyuwangi Ekspor Buah Naga ke Eropa

Pendampingan dari Astra ini jadi contoh, bagaimana kita membangun desa secara bersam.

Petani asal Banyuwangi mengekspor buah naga dan buah-buah tropis lainnya ke sejumlah negara Eropa dan Singapura, Kamis (24/3/2022 ).
Foto: Istimewa
Petani asal Banyuwangi mengekspor buah naga dan buah-buah tropis lainnya ke sejumlah negara Eropa dan Singapura, Kamis (24/3/2022 ).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI - - Petani asal Banyuwangi mengekspor buah naga dan buah-buah tropis lainnya ke sejumlah negara Eropa dan Singapura, Kamis (24/3/2022 ). Bertempat di Desa Jembawangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, ekspor senilai Rp 1,8 miliar itu dilepas Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestyandani.

Pada kesempatan ini hadir juga Direktur Promosi dan Pemasaran Produk Unggulan Desa, Kementerian Desa PDDT, Syahrul serta Head of social engagement PT Astra International Indonesia Tbk, Triyanto. Dalam sambutannya, Ipuk mengatakan, ekspor buah naga ini berasal dari 15 desa di wilayahnya.

Dia menyebut, hal ini sebagai bukti kualitas pertanian di daerahnya yang semakin meningkat. "Kita semakin moncer pertaniannya," kata dia dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/3/2022). .

Menurut dia, keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama semua pihak. Salah satunya PT Astra International Indonesia Tbk yang melalui CSR-nya memberikan pendampingan kepada para petani di wilayahnya itu.

"Keberhasilan dari para petani di desa Jambewangi di Kecamatan Sempu ini merupakan buah dari komitmen dan kerja keras semua pihak. Mudah-mudahan keterlibatan seluruh unsur ini tidak hanya dalam meningkatkan produksi, tapi juga nilai jual," ujarnya.

Ipuk memuji kualitas buah yang akan diekspor ini. Menurutnya, hasil alam tersebut sudah sesuai dengan standard ekspor sehingga mampu berkompetisi secara global.

"Sebelumnya juga banyak hasil pertanian dari Banyuwangi yang diekspor," katanya.

Direktur Promosi dan Pemasaran Produk Unggulan Desa, Kementerian Desa PDDT, Syahrul, memuji keberhasilan Banyuwangi khususnya terkait pertanian. "Saya kalau boleh bercerita, tahun 2004 ke sini saat melakukan verifikasi Banyuwangi sebagai daerah tertinggal. Sekarang perkembangannya luar biasa," ujarnya.

Meski begitu, Syahrul mengingatkan petani Banyuwangi agar tidak berpuas diri. Salah satunya dengan terus mempertahankan kerja sama petani di setiap desa. "Desa-desa lainnya harus terus digandeng, supaya kapasitas produksi jadi lebih besar," katanya.

Selain itu, dia pun meminta, kualitas pertanian agar terus dijaga sehingga mampu berkompetisi di tingkat global. "Pendampingan dari Astra ini jadi contoh, bagaimana kita membangun desa secara bersama-sama," katanya.

Head of social engagement PT Astra International Indonesia Tbk, Triyanto, menjelaskan, pihaknya melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) senantiasa berkomitmen untuk terus mendampingi para petani. Di Banyuwangi ini, pihaknya sudah sejak lama mendampingi petani meski program DSA dimulai pada 2018.

"Sejak 2015 kami dengan Pak Anas (bupati Banyuwangi sebelumnya) saling berkunjung," katanya. Dia pun menyebut bahwa pendampingan petani buah naga di Banyuwangi ini memasuki tahun kedua.

Melalui CSR-nya, kata dia, DSA fokus untuk memaksimalkan kualitas dari buah-buahan Banyuwangi yang akan diekspor. "Supaya ekspornya bisa terus berlanjut," kata dia.

Selain di Banyuwangi, pihaknya pun mendampingi sejumlah desa di Jawa Timur dengan harapan bisa menjadi desa mandiri. "Kami sudah menandatangani MoU dengan gubenrur Jawa Timur, untuk mengembangkan desa-desa di Jawa Timur," katanya.

Hasilnya, tambah dia, dari 10 DSA yang masuk kategori mandiri, enam di antaranya berada di Jawa Timur. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berupaya dalam menciptakan desa-desa menjadi mandiri.

"Kami berharap bisa terus mendampingi, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menurunkan angka kemiskinan," ujarnya.

Hingga saat ini, kata dia, program DSA sudah menjangkau 930 desa di 142 kabupaten di 34 provinsi. Terdapat sejumlah produk unggulan yang siap ekspor seperti klaster kopi, agrikultur dan olahan, kelautan dan perikanan, serta wisata kriya dan budaya.

"Dalam pelaksanaannya, kami melibatkan expertise, akademisi, start up, komunitas masyarakat, dan pemerintah," ujarnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement