Rabu 23 Mar 2022 23:35 WIB

Jatim Sumbang Kelurahan Terbanyak Kepatuhan Pakai Masker Rendah

Di posisi berikutnya ada Aceh, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Riau.

Jatim menjadi provinsi dengan desa atau kelurahan terbanyak memiliki tingkat kepatuhan memakai masker yang rendah.(ilustrasi)
Foto: republika
Jatim menjadi provinsi dengan desa atau kelurahan terbanyak memiliki tingkat kepatuhan memakai masker yang rendah.(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan Jawa Timur menjadi provinsi dengan desa atau kelurahan terbanyak memiliki tingkat kepatuhan memakai masker yang rendah.

"Provinsi yang menjadi penyumbang terbanyak di desa atau kelurahan dengan kepatuhan rendah adalah Jawa Timur, yakni 366 kelurahan," katanya dalam konferensi pers daring "Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia" yang diikuti di Jakarta, Rabu (23/3/2022) malam.

Baca Juga

Dari laporan yang diterimanya, saat ini terdapat 29 persen atau sebanyak 1.811 desa atau kelurahan dengan kepatuhan memakai masker yang masih rendah. Di posisi kedua adalah Aceh dengan 288 kelurahan. Disusul Jawa Tengah 227 kelurahan, Jawa Barat 140 kelurahan, dan Riau 137 kelurahan.

"Berkaca pada data tersebut, mari kita kencangkan kembali masker kita, rutin mencuci tangan, dan sebisa mungkin hindari kerumunan dan jaga jarak. Jangan sampai ketidakpatuhan kita memberi ruang penularan yang berpotensi menimbulkan kenaikan kasus," pesannya.

Ia mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya penerapan protokol kesehatan (prokes) di tengah upaya gencarnya vaksinasi booster. Menurut dia, Indonesia harus belajar dari beberapa negara dengan tingkat capaian vaksin booster tinggi tapi tidak disertai dengan disiplin prokes sehingga terjadi kenaikan kasus di negara-negara tersebut.

"Kelima negara yang memiliki capaian booster tinggi, yaitu Italia 63 persen, Jerman 58 persen, Inggris 57 persen, Vietnam 45 persen, dan Thailand 32 persen. Bila tidak disertai dengan pertahanan protokol kesehatan yang disiplin, maka potensi peningkatan kasus akan tetap ada. Sebagai contoh kenaikan kasus terjadi di lima negara dari 15 negara dengan capaian booster di atas angka dunia," papar Wiku.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement