Senin 21 Mar 2022 01:55 WIB

Epidemiolog: Kasus Covid-19 Berkurang, Tapi Tes kan Juga Turun    

Testing Covid-19 di Indonesia dinilai tidak konsisten dan menurun

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Testing Covid-19 di Indonesia dinilai tidak konsisten dan menurun
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Testing Covid-19 di Indonesia dinilai tidak konsisten dan menurun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo mengapresiasi kasus Covid-19 hingga kematian akibat virus ini yang terus berkurang hingga per Sabtu (19/3/2022). 

Namun, Windhu menyoroti kemampuan pemeriksaan spesimen (testing) yang juga turun.      

Baca Juga

"Kalau kita lihat kasus harian Covid-19 sekarang turun dengan tajam. Bahkan, kasus harian sekarang sudah 14-15 persen dari puncak kasus Covid-19," katanya di sebuah konferensi virtual, Sabtu (19/3/2022).

Bahkan, dia mencatat angka keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit juga kecil hingga kematian rendah. 

Windhu memperkirakan, kasus Covid-19 Indonesia sudah nyaris di bawah sepekan mendatang. Dia berharap mudah-mudahan kasus Covid-19 saat Ramadhan 2022 mulai dua pekan mendatang jauh lebih aman dan masyarakat bisa mudik lebaran dengan lebih bebas. 

Namun, di satu sisi Windhu menyoroti penurunan kasus Covid-19 Indonesia yang tidak dibarengi dengan angka positivitas (positivity rate). Artinya, kasus Covid-19 meski turun, jumlahnya lebih sedikit atau lebih landai dibandingkan penurunan angka positif harian yang sangat berkurang.

"Itu menunjukkan cepat turunnya kasus harian Covid-19 karena menurunnya jumlah testing. Ini dibuktikan dengan penurunan jumlah kasus harian Covid-19 yang sangat tajam tidak persis sama dengan penurunan angka positivitas (positivity rate)," ujarnya.

Padahal, dia menegaskan jumlah pemeriksaan spesimen Covid-19 tak boleh menurun. Karena kalau bicara wabah, dia melanjutkan, yang paling penting adalah surveilans yaitu salah satunya penemuan kasus. 

Windhu mengingatkan, kemampuan penemuan kasus Indonesia yang lemah. Ini dilihat dari berdasarkan proporsi testing di dunia, Indonesia peringkat 150 dari 200-an negara yang terpapar Covid-19. "Jadi, Indonesia ada di seperempat negara yang paling jelek testing-nya," ujarnya.

Jadi, dia melanjutkan, kalaupun Indonesia mengalami puncak kasus maka itu hanya puncak gunung es karena kelemahan negara ini adalah jumlah testing.  

Kendati demikian, Windhu masih mengapresiasi jumlah testing Indonesia saat varian omicron sekarang lebih bagus hingga 2 kali lipat dibandingkan dengan masa testing ketika varian delta beberapa waktu lalu. 

"Tetapi belum memadai. Ini tugas kita semua mengingatkan pemerintah daerah terus-menerus untuk surveilans," ujarnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement