REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya terus mengalami penambahan. Berdasarkan data per 18 Maret, terdapat 494 kasus DBD sejak Januari 2022. Dari total kasus itu, sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, penambahan kasus DBD masih terus terjadi, meski penambahannya tak terlalu banyak. Kendati demikian, kasus kematian akibat DBD di Kota Tasikmalaya cukup tinggi.
"Data dari Januari, sudah ada 11 orang yang meninggal akibat DBD," kata dia, saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (18/3/2022).
Dari 11 orang yang meninggal dunia akibat DBD, mayoritas masih berusia anak. Bahkan, beberapa di antaranya masih bayi belum genap berusia 1 tahun.
Menurut Asep, kasus DBD masih akan terus terjadi. Sebab, saat ini masih memasuki musim hujan. Artinya, potensi munculnya genangan air, yang menjadi tempat nyamuk bersarang masih ada.
"Selama tingkat kesadaran masyarakat melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) belum menguat, nyamuk akan terus berkembang biak," kata dia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, kasus DBD tersebar di seluruh kecamatan di daerah itu. Kecamatan Tawang merupakan wilayah dengan kasus paling tinggi, yaitu 84 kasus. Wilayah tertinggi selanjutnya adalah Kecamatan Mangkubumi dengan 76 kasus DBD, Kawalu 62 kasus, Cibeureum 54 kasus, Tamansari 50 kasus, Cipedes 44 kasus, Bungursari 36 kasus, Cihideung 36 kasus, Purbaratu 29 kasus, dan Indihiang 23 kasus.
Asep mengimbau masyarakat dapat meningkatkan kesadaran untuk memantau tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk. Setelah itu, upaya 3M (menguras, menutup, dan mangubur) tempat bersarang nyamuk harus terus ditingkatkan.
"3M plus, plusnya itu memberikan lotion antinyamuk," kata dia.