Jumat 18 Mar 2022 13:27 WIB

JK Prihatin Surau di Minangkabau Sudah Sepi karena Keasyikan Nonton TV

JK prihatin karena surau di Minangkabau sudah sepi karena sudah asyik nonton televisi

Rep: Febrian Fachri/ Red: Bilal Ramadhan
Wapres RI ke 10 dan ke 12 yang juga Ketua DMI Jusuf Kalla saat meresmikan Masjid Tablighiyah, Garegeh, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Jumat (18/3/2022). JK prihatin karena surau di Minangkabau sudah sepi karena sudah asyik nonton televisi
Foto: Republika/Febrian Fachri
Wapres RI ke 10 dan ke 12 yang juga Ketua DMI Jusuf Kalla saat meresmikan Masjid Tablighiyah, Garegeh, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Jumat (18/3/2022). JK prihatin karena surau di Minangkabau sudah sepi karena sudah asyik nonton televisi

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla, mengatakan sejak dahulu, Sumatra Barat yang dihuni matoritas etnis Minangkabau terkenal dengan budaya ke surau (musholah).

Surau di Minangkabau menurut JK dulu selain tempat ibadah juga sebagai pusat pendidikan karakter. Tapi akhir-akhir ini kata JK, surau-surau di Sumatra Barat sudah jarang didatangi.

“Surau di Minangkabau sudah berubah. Karena keasyikan menonton TV,” kata JK saat meresmikan Masjid Tablighiyah, Garegeh, Bukittinggi, Jumat (18/3).

JK mengatakan masyarakat Sumbar tidak boleh kalah oleh perkembangan zaman. Kini selain TV, yang membuat masyarakat lengah untuk tidak datang lagi ke surau dan masjid adalah keasyikan bermain HP.

Menurut dia, masyarakat Sumbar harus kembali ke Surau. Karena budaya ke surau itu menurut dia telah terbukti mampu melahirkan tokoh-tokoh dan cendikiawan hebat yang terkenal hingga di dunia.

JK membandingkan pahlawan-pahlawan nasional yang berasal dari Sumbar. Menurut dia pahlawan nasional dari Sumbar lebih banyak berjuang dengan otak dari pada mengangkat senjata.

“Hatta, Syahrir, M Yamin, Agus Salim, dan lain-lain adalah pahlawan Indonesia dari Sumbar yang berjuang dengan pikiran,” ujar JK.

JK menyebut pahlawan nasional dari Sumbar ini rata-rata melewati masa kecil di Surau. Karena di Sumbar pada zaman dahulu, ada budaya anak lajang lako-laki tidak tidur di rumah orang tua, tapi tidur di surau.

Di surau lah mereka belajar banyak hal termasuk belajar agama, belajar pengetahuan umum sampai belajar bela diri. “Harus didorong lagi supaya masyarakat Minangkanau ramaikan lagi surau seperti dahulu,” kata JK menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement