REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Sejumlah warga di Cirebon mengeluhkan sulitnya memperoleh minyak goreng dengan harga eceran tertinggi (HET) sesuai ketentuan pemerintah. Hal itu terutama di pasar tradisional.
Hal itu seperti yang diungkapkan Hevi Noviyani (42), seorang warga Plumbon, Kabupaten Cirebon. Dia mengatakan, minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter hanya tersedia di supermarket atau minimarket.
"Tapi itupun susah dapatnya," keluh Hevi, Rabu (9/3).
Hevi mengaku dua pekan lalu berkeliling ke sejumlah minimarket untuk membeli minyak goreng. Namun, dia pulang dengan tangan hampa karena minyak goreng di rak pajangan minimarket dalam keadaan kosong.
Untuk itu, Hevi mengandalkan pasar tradisional untuk mendapatkan minyak goreng. Namun, minyak goreng yang dijual pedagang di pasar tradisional harganya diatas HET.
Di salah satu pasar tradisional di Cirebon, Hevi membeli minyak goreng dengan harga Rp 38 ribu per dua liter. Itu berarti, harganya mencapai Rp 19 ribu per lietr, atau lebih mahal Rp 5.000 dibandingkan HET yang ditetapkan pemerintah.
Hevi pun mengaku tetap membeli minyak goreng itu meski dengan harga tinggi. Pasalnya, minyak goreng sangat dibutuhkannya untuk memasak setiap hari.
Sementara itu, seorang pedagang sayur keliling, Ida, menyebutkan, stok minyak goreng di pasar tradisional sebenarnya tersedia. Namun, tidak ada pedagang yang menjual dengan harga Rp 14 ribu per liter.
"Harganya Rp 17 ribu per liter, baik minyak goreng kemasan maupun minyak goreng curah. Harganya sama segitu," tutur pedagang sayur keliling yang kerap berbelanja barang dagangan di Pasar Pagi Kota Cirebon itu.
Ida mengatakan, harga minyak goreng sebesar Rp 17 ribu per liter itu sudah turun. Sebelumnya, harga minyak goreng mencapai Rp 20 ribu per liter. Dia berharap, harga minyak goreng tidak kembali naik.