Rabu 09 Mar 2022 00:35 WIB

Kalau Gak Mau Jadi Liga Settingan, Tolong wasitnya dong, PSSI!

Keputusan-keputusan aneh dan kontroversial wasit menjadi pertanyaan soal Liga Setting

Keputusan-keputusan kontroversial wasit yang membuat kecurigaan. Foto laga antara Bandung United kontra Farmel FC. Wasit memberikan empat kartu merah pada Bandung United di Stadion Jala Krida AAL, Surabaya, Ahad (20/2/2022). -ilustrasi-
Foto: Bandung United
Keputusan-keputusan kontroversial wasit yang membuat kecurigaan. Foto laga antara Bandung United kontra Farmel FC. Wasit memberikan empat kartu merah pada Bandung United di Stadion Jala Krida AAL, Surabaya, Ahad (20/2/2022). -ilustrasi-

Oleh : Israr Itah, Redaktur Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Anda tahu tentang Farmel FC? Kalau tahu, saya menebak Anda salah satu dari golongan ini. Pertama, penggemar sepak bola sepak bola nasional level dewa. Sebab, Farmel FC merupakan tim yang baru terbentuk, menjadi anggota Asprov PSSI Banten pada 2020 dan hanya berlaga di Liga 3.

Kedua, Anda pasti intens mengikuti berita-berita sepak bola nasional. Saya tak bisa memikirkan kategori kelompok lain, jika bicara tentang klub ini.

Farmel FC menggunakan julukan Jawara Rajawali Merah. Mereka bermarkas di Lapangan Raihan Sport Center, Kelapa Dua, Tangerang. Klub ini berada dimiliki Eko Setiawan, CEO PT Farmel Cahaya Mandiri, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan air bersih dan air limbah.

Farmel FC berstatus runner up Liga 3 Banten 2021 sebelum berlaga di Liga 3 nasional. Di level ini, Farmel FC menjadi tim super. Namun bukan dengan kehebatan permainannya, melainkan dengan ‘bantuan’ keputusan-keputusan wasit yang kontroversial.

Jangan sentuh pemain Farmel FC di kotak terlarang jika tak ingin mendapatkan hukuman penalti. Jangan juga berani berjudi dengan mengambil garis offside tipis, saat menyerang, apalagi bertahan. Jika tidak, siap-siap tanggung akibatnya.

NZR Sumbersari merasakan perihnya dijebol pada menit akhir oleh Farmel FC pada babak 64 besar Liga 3. Laga di Stadion Gajayana Malang, Rabu 9 Februari 2022 itu berakhir imbang 1-1 setelah Farmel FC mendapat hadiah penalti pada pengujung laga yang dicetak Abdillah Shafa Andika.

Berikutnya, PSBL Langsa merasakan keputusan-keputusan yang merugikan mereka sehingga kalah 1-4 pada babak 32 besar. Dilanjutkan dengan kemenangan Farmel FC 3-0 atas Bandung United. Pada laga itu, empat pemain Bandung United dikartu merah karena memprotes wasit soal pelanggaran hukuman penalti. Para pemain Bandung United kemudian bahkan membiarkan gawangnya dijebol oleh Farmel FC.

Sampai di sini, Farmel FC sudah makin dikenal. Popularitas Farmel FC membubung usai menjalani laga terakhir pada Ahad (6/3/2022) lalu. Duel Farmel FC kontra Persikota Tangerang berakhir ricuh. Laga sesama tim Tangerang ini dimenangkan Farmel FC 3-0.

Sepanjang laga, ada dua keputusan paling kontroversial yang muncul. Pertama offside untuk pemain Persikota saat hendak menyerang, padahal sebenarnya posisinya onside. Kedua, hadiah penalti untuk Farmel FC setelah pemainnya terjatuh di kotak 16 Persikota. Lebih tepatnya menjatuhkan diri karena tak ada tekel apa pun terhadap pemain Farmel FC tersebut.

Bayi Ajaib, julukan Persikota, akhirnya hilang kesabaran. Pada menit ke-65, Persikota memilih tak melanjutkan pertandingan. Sorotan tajam karena Persikota kini dimiliki oleh artis Prilly Latuconsina. Prilly kemudian ikut berkomentar di media sosial atas insiden ini yang membuat Farmel FC makin jadi buah bibir.

“Keanehan yang terjadi di pertandingan ini onside jadi offside, tidak pelanggaran jadi pelanggaran, harusnya kartu tidak jadi kartu,” kata Prilly. Prilly menyesalkan, tapi sekaigus menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya berkontribusi untuk menjadikan sepak bola Indonesia lebih baik.

Fenomena Farmel FC ini membuat kita hanya bisa menarik nafas panjang. Untuk kali kesekian persoalan wasit terus menghantui sepak bola nasional. Kasus suap wasit pada masa lalu dan pengaturan skor sepak bola dalam beberapa tahun terakhir membuat kita tak salah kalau berpikir negatif.

Persoalan wasit, yang semestinya mudah, jadi terlihat rumit di sepak bola Indonesia. Ini seperti penyakit yang sulit sembuh atau sengaja tak mau disembuhkan.

PSSI selaku otoritas sepak bola nasional punya Komite Wasit. PSSI juga punya Komite Etik, Komite Fair Play, hingga Satgas Mafia Bola yang harusnya bisa bekerja sama mencari solusi terbaik atas masalah ini. Jika masalahnya pada kekhilafan wasit, agak sulit dipercaya jika satu tim secara tak sengaja terus-terusan diuntungkan oleh keputusan sang pengadil.

Jika masalahnya pada penguasaan rule of the game, toh penyegaran wasit rutin kerap dilakukan oleh PSSI. Sehingga soal ketidakcakapan ini harusnya bukan isu relevan yang bisa dijadikan alasan.

Menuding Farmel FC 'bermain' juga hal gegabah tanpa ada bukti konkret. Sehingga, persoalan wasit dan kemungkinan dugaan 'permainan' di Liga 3 ini harusnya bisa diselesaikan oleh PSSI sesegera mungkin. Jangan sampai Farmel FC lolos ke Liga 2 musim depan karena ada bantuan tangan-tangan tak terlihat. Sebab selain Farmel FC, ada beberapa tim lain yang sepanjang perjalanannya di Liga 3 kerap terbantu oleh keputusan wasit.

Oh ya, Liga 1 juga tengah memasuki pekan-pekan krusial. Bali United memimpin klasemen dengan keunggulan hanya tiga angka dari Persib Bandung di posisi kedua dengan lima laga tersisa. PSSI juga harus awas memantau pertandingan sisa lima tim yang masih punya kans juara. Selain Bali United dan Persib, ada Arema FC, Bhayangkara FC, dan Persebaya yang juga masih berpeluang.

Jangan sampai ada keputusan aneh-aneh lagi dari wasit. Kalau sempat terjadi, jangan salahkan jika ada yang berteriak-teriak liga sepak bola kita merupakan liga settingan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement