Selain itu, menurut Yosi, Pemerintah Kabupaten Malang juga akan melakukan pembenahan akses jalan dan membuat pagar pembatas pada situs Srigading tersebut. Saat ini, di situs tersebut juga sudah dipasang pengumuman yang berisi sejumlah ketentuan.
"Kami sudah memasang papan larangan, tidak boleh ada ekskavasi liar, tidak boleh ada aktivitas menggunakan metal detector, karena kalau penggalian liar ada sanksi pidananya," ujarnya.
Sementara itu, untuk sejumlah arca yang ditemukan di situs Srigading akan dilakukan proses restorasi terlebih dahulu oleh BPCB Jawa Timur. Tercatat ada tiga arca yang ditemukan pada situs tersebut, yakni arca penjaga candi yakni Mahakala dan Nandiswara serta arca Agastya.
Situs Srigading pada awalnya dikenal dengan sebutan Cegumuk oleh warga sekitar, yang berarti sebuah gundukan. Situs tersebut ditemukan kurang lebih pada tahun 1985 dengan yoni dan sejumlah arca yang berada di atas gundukan tersebut.
Pada awal Februari 2020, BPCB Jawa Timur mulai melakukan ekskavasi gundukan tanah yang ada di tengah perkebunan tebu tersebut untuk memastikan bahwa ada bangunan bersejarah di lokasi tersebut. Hingga ekskavasi tahap kedua, BPCB Jawa Timur telah memastikan bahwa bangunan itu merupakan sebuah candi yang menghadap ke arah timur atau Gunung Semeru dan dipergunakan untuk tempat peribadatan beraliran Hindu Siwaistis.