Selasa 22 Feb 2022 19:17 WIB

Di Tengah Gelombang Mogok, Perajin Tahu Kudus Tetap Produksi

Perajin tahu khawatir konsumen beralih ke produsen tahu lain.

Ilustrasi perajin tahu. Di Tengah Gelombang Mogok, Perajin Tahu Kudus Tetap Produksi
Foto: Republika/Bayu Adji P
Ilustrasi perajin tahu. Di Tengah Gelombang Mogok, Perajin Tahu Kudus Tetap Produksi

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Sejumlah perajin tahu di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menolak ajakan berhenti produksi sebagai aksi keprihatinan atas tingginya harga kedelai impor.

"Jika berhenti produksi, maka kami tidak memiliki pemasukan. Selain itu, ketika mogok produksinya tidak dilakukan serempak khawatirnya pelanggan juga pindah ke produsen tahu lainnya," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu Karangbener Kudus Bambang Sutrisno, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga

Untuk itulah, dia bersama 15 perajin tahu lainnya sepakat tetap berproduksi meskipun tidak untung. Ia mengakui dengan harga kedelai sebesar Rp 11 ribu per kilogram, sedangkan harga jual belum dinaikkan, ia tidak mendapatkan keuntungan. Ia mengatakan ongkos produksi tahu mahal, terutama upah karyawan.

Agar tidak mengalami kerugian yang besar, maka kapasitas produksinya diturunkan dari semula menghabiskan 50 kuintal kedelai per hari, kini hanya 40 kuintal per harinya. Sedangkan harga jual tahu setiap papannya masih tetap sama sebesar Rp 27 ribu.

Dengan bahan baku kedelai sebanyak 40 kuintal, maka dirinya bisa menghasilkan 2.000 papan tahu sehari. Dari sisi harga jual kedelai, kemudian diproses menjadi tahu memang ada margin keuntungan, namun keuntungan tersebut belum dikurangi biaya produksi sehingga hasilnya belum memuaskan.

"Untuk itulah, agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar, harga jual tahu dalam waktu dua hari mendatang akan dinaikkan menjadi Rp 30 ribu per papan karena sudah ada kesepakatan dengan pelanggan," ujarnya.

Kenaikan harga jual tersebut, kata dia, juga menjadi kesepakatan dengan pengusaha tahu lainnya di Desa Karangbener, Kecamatan Bae, Kudus, yang masuk dalam anggota paguyuban. Anam, penjual sayur mayur keliling asal Dawe mengakui hari ini (22/2) tidak bisa kulakan tahu karena perajinnya mogok produksi.

Di Pasar Dawe yang menjadi langganan untuk belanja, tidak ada yang berjualan. Tempe juga tidak ada di pasaran.

"Informasinya mogok semua. Kalaupun ada yang jual tempe stoknya terbatas," ujarnya.

Agus, perajin tempe asal Desa Bae mengakui berhenti produksi karena harga jual kedelai impornya melambung tinggi. "Jika produksinya hanya sedikit, ongkos produksinya terlalu mahal dan sulit mendapatkan keuntungan. Lebih baik berhenti produksi sementara sambil menunggu harga jual kedelai turun lagi," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement