Senin 21 Feb 2022 22:32 WIB

Tahu Tempe Hilang dari Pasar, Warga Tangsel Mengeluh

Perajin tahu dan tempe mogok produksi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengrajin menunjukkan kedelai impor yang harganya melambung di sentra industri tempe Sunter Jaya, Jakarta, Senin (21/2/2022). Ratusan pengrajin tempe setempat mengikuti aksi mogok produksi serentak selama 3 hari sebagai respon meningkatnya harga kedelai.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pengrajin menunjukkan kedelai impor yang harganya melambung di sentra industri tempe Sunter Jaya, Jakarta, Senin (21/2/2022). Ratusan pengrajin tempe setempat mengikuti aksi mogok produksi serentak selama 3 hari sebagai respon meningkatnya harga kedelai.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Sejumlah warga Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten mengeluhkan hilangnya tahu dan tempe di pasar, imbas aksi mogok produksi perajin tahu dan tempe, Senin (21/2). Warga berharap komoditas olahan kacang kedelai tersebut dapat tersedia lagi di pasar. 

Ade (52 tahun), salah satu warga Serpong menyayangkan tidak adanya tempe dan tahu di pasar. Pasalnya, hampir setiap hari dirinya mengonsumsi komoditas tersebut. 
 
"Saya suka konsumsi tahu dan tempe dari kecil. Memang sehari-hari saya makannya tahu dan tempe. Dengan kondisi ini, saya jadi susah dapat tahu dan tempe," ujar Ade saat ditemui di Pasar Serpong, Tangsel, Senin (21/2/2022). 
 
Dia menuturkan, tahu dan tempe menjadi makanan yang seolah wajib dihadirkan di meja makan. Dia mengaku menjadikan kedua makanan tersebut sebagai sumber protein, menggantikan makanan seperti ikan yang menurutnya tidak disukai olehnya. 
 
Dengan kondisi tidak tersedianya tahu dan tempe di pasar, Ade kemudian untuk sementara mengalihkan makanannya ke sayur-sayuran dan telor. "(Beralih) ke sayur, tadi saya beli kangkung. Kalau enggak ada tahu tempe, jadinya makan sayur sama telor. Tapi ya makanan saya sehari-hari (tahu tempe) enggak ada, aduh gimana ya," keluhnya. 
 
Dengan adanya informasi aksi mogok produksi perajin tahu dan tempe selama tiga hari dari Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022), Ade berharap tempe dan tahu bisa kembali hadir di pasar. "Aduh jangan hilang lah tahu tempe, jangan sampai enggak ada, itu kan makanan pokok sehari-hari," ungkapnya. 
 
Senada, Tina (50) mengungkapkan kerapkali membeli tahu dan tempe untuk disantap bersama keluarga. Dengan adanya kondisi tidak adanya tahu tempe di pasar, dia mengaku amat menyayangkan hal itu. 
 
"Tahu tempe sudah jadi makanan hampir setiap hari ya. Jadi sangat disayangkan kalau enggak ada di pasar," kata dia. 
 
Disinggung adanya kemungkinan harga tahu tempe bakal naik karena harga kedelai yang tinggi, Tina mengaku agak keberatan. Misalnya dengan skema harga tempe yang awalnya Rp5.000 menjadi Rp6.000. "Kalau harganya naik, ya gimana ya. Iya (keberatan), bagi saya yang penghasilannya rendah," ujarnya. 
 
Komoditas tahu dan tempe terpantau tidak dijual di sejumlah pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (21/2/2022). Hal itu terjadi buntut dari aksi mogok produksi para perajin tahu dan tempe yang digelar mulai Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022). 
 
Pantauan Republika, sejumlah lapak tahu dan tempe di Pasar Ciputat dan Pasar Serpong tampak kosong. Tak ada satupun barang dagangan berupa tahu dan tempe yang dijajakan, termasuk pedagang-pedagangnya. 
 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement