Senin 21 Feb 2022 14:19 WIB

Buku Pesan Islam Menghadapi Krisis Berikan Solusi Atasi Krisis

Prof Rokhmin: Jokowi dan anggota Kabinet perlu baca buku karya Anis Matta.

Nasiwan (kedua dari kiri),  Prof Rokhmin Dahuri (kedua dari kanan) dan Tgk Muhammad Yusuf A Wahab (kanan) tampil sebagai narasumber ebdah buku “Pesan Islam Menghadapi Krisis” karya Anis Matta, Ahad (20/2).
Foto: Dok RD Institute
Nasiwan (kedua dari kiri), Prof Rokhmin Dahuri (kedua dari kanan) dan Tgk Muhammad Yusuf A Wahab (kanan) tampil sebagai narasumber ebdah buku “Pesan Islam Menghadapi Krisis” karya Anis Matta, Ahad (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar kelautan dan perikanan IPB University, Prof  Dr Ir Rokhmin Dahuri MS  menilai produktivitas bangsa Indonesia dalam menulis buku sangat rendah, kalah dari India.

Padahal produktivitas dalam menulis buku itu, salah satu indikator suatu bangsa dalam menguasai sains dan teknologi. Sebab, bangsa yang maju akan menerapkan sains dan teknologi dalam kesehariannya.

"Sedihnya bangsa Indonesia produktivitas menulis bukunya dalam kategori sangat rendah. Dengan India kita kalah. Hal ini mengindikasikan bangsa kita tidak sedang baik-baik saja," kata Rokhmin dalam  acara  bedah buku Pesan Islam Menghadapi Krisis karya Anis Matta yang diselenggarakan  Majelis Gelora Cinta Rosul secara daring, Ahad (20/2).

Menurut Rokhmin, buku yang ditulis Anis Matta, ketua umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) tersebut sangat relevan untuk diimplementasikan di Indonesia.  “Sebab, ketika pemimpinnya memiliki iman dan takwanya kuat, maka umatnya akan Berjaya,” kata  menteri Kelautan dan Perikanan RI Periode 2001-2004 itu dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Hal itu,Prof Rokhmin menambahkan,  sebagaimana bisa dilihat dari zaman Rasulullah SAW, Khulafaur Rosyidin. Kemudian masa Umar bin  Abdul Aziz, Harus Al Rasyid, kemudian Muhammad Al Kahfi umat Islam berjaya selama 10-11 abad.

"Jadi pemimpin memang harus punya kapabilitas, ipteknya kuat, juga imtaknya membara.  Maka jika kita ingin menjadikan Indonesia sebagai baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur (negeri yang baik dengan Rabb (Tuhan) yang Maha Pengampun), spiritualitas adalah kuncinya," ujarnya.

Menurut Prof Rokhmin,  sebagai negara penduduk Muslim terbesar di dunia,  kondisi Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia, setelah Rusia dan Thailand, di mana satu  persen orang kaya menguasai 49 persen kekayaan negara.

"Mohon maaf, satu  persen orang kaya di Rusia itu semuanya pribumi. Begitu juga di Thailand. Sedangkan di Indonesia,  menurut Pak Jokowi, nasionalismenya rendah. Ada Rp 11 ribu triliun uang konglomerat disimpan di luar negeri," katanya.

Hal ini mengindikasikan, konglomerat Indonesia nasionalismenya masih rendah. “Jika nasionalismenya tinggi, maka Rp 11 ribu triliun atau sekitar tiga kali APBN saat ini, akan diivestasikan untuk membangun pabrik di Indonesia,” tuturnya.

Rokhmin mengatakan, buku Pesan Islam Menghadapi Krisis  yang ditulis berdasarkan Alquran dan Al Hadits menjadi alasan rasional, bahwa sistem kehidupan yang dibuat manusia seperti komunisme misalnya, tidak sesuai dengan fitrah manusia.

"Secara rasional, komunisme tidak sesuai dengan fitrah manusia. Bagaimana sistem ekonomi harus dibangun atas dasar sama rata sama rasa. Seharusnya orang cerdas, orang yang saleh, pekerja keras mendapat reward dunia, tidak sama dengan orang yang malas, preman, pemabuk dan lain sebagainya," ujar Rokhmin.

Ia mengatakan, hampir 1.000 tahun umat Islam pernah menguasai sepertiga dunia. Ketika umat Islam menguasai dunia,  kehidupan manusia sangat adil, sains dan teknologi sangat berkembang.  

Rokhmin berharap umat Islam agar selalu berpedoman pada Alquran dan Hadits, karena memberikan solusi dalam mengatasi krisis dan musibah saat ini, di antaranya adalah kesabaran. 

Rokhmin menegaskan, apa yang ditulis Anis Matta mengenai cara mendeteksi krisis, memfirasati zaman dalam dinamika geopolitik dan siklus perubahan dunia, harus dibaca oleh semua pihak, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para anggota Kabinet Indonesia Maju.

"Harusnya bedah buku ini, diikuti juga Pak Jokowi. Pak Jokowi dan anggota kabinet harus baca buku ini. Kalau Pak Jokowi dan seluruh anggota kabinetnya membaca buku ini, sesungguhnya kita bisa  menggapai  Indonesia Emas tahun 2024, atau dalam bahasa Anis Matta bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ke-5 di dunia," tegasnya.

Pemerhati Dinamika Gerakan Islam Nasiwan mengatakan,  buku Pesan Islam Menghadapi Krisis  memberikan inspirasi dan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi sekarang.

"Saya sudah membaca buku ini, tidak terlalu berat. Apa yang  disampaikan membawa inspirasi, bahwa Islam tetap menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang kita hadapi sekarang," kata Nasiwan.

Lektor Kepala FISIP Universitas Negeri Yogyakarta ini menilai, Anis Mata memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran orang, tidak hanya dalam bentuk orasi tapi juga sebagai penulis. 

"Ustadz  Anis Matta menawarkan cara pandang Islam dengan narasi menghadapi krisis bermula dari pembenahan ekosistem. Menawarkan narasi dalam menyelesaikan masalah bangsa sebagai revolusi syaraf atau pemikiran. Ini sangat mempengaruhi, tapi buku ini tidak sedang menyebabkan perlawanan masal terhadap kekuasaan segera. Ini penting sekali," katanya.

Tgk Muhammad Yusuf A Wahab, ketua umum Himpunan Ulama Dayah Aceh menambahkan, Islam telah memberikan rumusan bagi manusia untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat, termasuk juga rumusan revolusi politik dan teknologi.

"Jadi untuk memperbaki kondisi sekarang, para pemimpinnya harus punya kapasitas. Kalau tidak punya kapasitas, tunggulah kehancurannya. Pemimpin yang punya kapasitas itu adalah pemimpin yang bisa memperbaiki umatnya," kata Tgk Yusuf.

Buku karya Anis Matta ini, ia harapkan dapat memberikan inspirasi bagi para pemimpin-pemimpin di Indonesia untuk memperbaiki kondisi bangsa dan membawa Indonesia menuju 5 besar dunia.

"Cita-cita kita membawa Indonesia menuju kekuatan lima  besar dunia itu bukan hal mustahil, tapi bisa menjadi sebuah keniscayaan," kata Imam Besar Barisan Muda Ummat ini menutup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement