REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kelangkaan minyak goreng di pasar tradisional membuat masyarakat di Kab. Banyumas melakukan aksi panic buying, dengan memborong minyak goreng yang tersedia di pasaran.
Seperti yang terjadi di toko sembako Intan Mas di Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas. Sekitar 50 orang mengantri di toko tersebut pada Rabu (16/2) pagi untuk membeli minyak goreng, yang kemudian ludes dalam waktu satu jam.
Seorang pembeli bernama Martiah (54 tahun) rela mengantri dari Sampang, Cilacap, karena stok minyak goreng di daerahnya sudah habis. Akan tetapi, ia tidak kebagian minyak goreng di toko tersebut.
"Di Cilacap sudah tidak ada minyak goreng. Saya biasa beli kedelai di sini jadi sekalian mau beli minyak goreng, tapi curah dan kemasan sudah habis semua," katanya.
Menurut salah satu karyawan toko, Deni Alexander, kelangkaan minyak goreng sudah terjadi sejak awal tahun ini harga eceran tertinggi ditetapkan. "Kami sudah tidak dapat suplai dari distributor semenjak ada kebijakan harga eceran tertinggi, Januari lalu," ujarnya.
Menurut Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kabupaten Banyumas, Retno Wulandari, saat ini memang masih terjadi kelangkaan minyak goreng, terutama di pasar tradisional. Harga minyak curah pun telah mencapai Rp 19 ribu per liter, di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan, yakni Rp 11.500 per liter.
"Di pasar tradisional minyak curah masih tinggi harganya, masih Rp 19 ribu. Kemudian minyak kemasan ekonomi atau sederhana memang tidak ada, terus premium ada tapi jarang banget," ujar Retno kepada Republika, Rabu (16/2).
Berdasarkan Permendag No. 6 Tahun 2022 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) ditetapkan bahwa harga minyak curah Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan ekonomis atau sederhana Rp 13.500 per liter, kemudian premium 14 ribu per liter. Akan tetapi, kelangkaan membuat harganya masih tinggi di pasar-pasar tradisional.
Sedangkan stok di supermarket masih tercukupi. Berdasarkan pantauan Dinperindag, untuk minyak goreng kemasan yang dijual di supermarket, paling cepat bisa restok setiap dua jam. Akan tetapi, ia memastikan bahwa stok minyak goreng di pasar swalayan selalu ada.
Hal ini karena stok minyak goreng di swalayan selalu diperbarui secara online, sehingga tidak terjadi kesulitan dalam distribusi. Sedangkan distribusi ke pasar-pasar tradisional masih dilakukan secara manual.
Retno mengungkapkan, biasanya setiap masuk stok baru, distributor akan menarik kembali stok lama. Akan tetapi karena terjadi kelangkaan minyak goreng, toko sembako di pasar tradisional akan menolak penarikan stok lama tersebut.
"Kalau ditarik kan mereka nggak punya minyak goreng, makanya mereka punya minyak goreng lama dengan harga lama dan masyarakat tetap beli," jelas Retno.
Untuk mengatasi hal ini, Dinperindag telah mengajukan ke pusat untuk operasi pasar sebesar 6000 liter, akan tetapi hal tersebut belum dipenuhi sejak pengajuan pada Januari. Terakhir, operasi pasar pada 5 Januari 2022, telah mendistribusikan sebanyak 3396 liter minyak goreng.
"Permohonan kita segitu, kita gak tau turunnya berapa karena hampir semua Kabupaten/ Kota mengajukan permohonan operasi pasar semua," ujar Retno.
Melihat hal itu, Retno menghimbau agar masyarakat jangan melakukan panic buying dengan membeli minyak goreng secara berlebihan agar harganya tidak terus melonjak. Ia memastikan bahwa stok minyak goreng masih tercukupi. Jika tidak ada di pasar tradisional, bisa membeli di pasar swalayan.
"Insyaallah minyak itu memang terlambat distribusinya, tapi kita kan produksi minyak atau kelapa sawitnya besar, mestinya tidak akan kekurangan. Yang jelas masyarakat jangan panic buying, membeli sesuai kebutuhan saja," katanya.