REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku kecewa dengan terjadinya kasus pemukulan oleh seorang guru kepada salah satu siswanya di bangku Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 49 Surabaya. Eri menegaskan tidak ingin hal tersebut terulang di Surabaya.
"Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi di Surabaya, karena guru ini adalah orang tua, maka otomatis ngemong (membimbingnya) harus dengan kasih sayang," kata Eri, saat memberi pengarahan di SMP Negeri 49 Kota Surabaya, Sabtu (29/1).
Sebelumnya beredar sebuah video berdurasi tiga detik melalui WhatsApp. Seorang guru di SMPN 49 Kota Surabaya memukul siswanya di depan kelas saat pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen sedang berlangsung.
Mendapati hal itu, Wali Kota Eri langsung mengunjungi SMP Negeri 49 untuk memberikan pembinaan kepada seluruh guru dan tenaga pengajar. Ia mengaku kaget dan kecewa dengan adanya kekerasan dalam video tersebut dan tak menginginkan kejadian itu terulang lagi.
Wali Kota Surabaya kemudian memastikan agar hal itu tidak akan terulang kembali di Kota Surabaya. Sebab, jika hal itu terulang, maka ia akan berhadapan langsung dengan guru tersebut.
"Insya Allah tidak ada maksud guru ini sampai berlebihan, kadang ada capeknya. Maka, saya minta tolong dan saya titip menjaga anak-anak didik kita di sekolah, karena mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa depan," ujar dia.
Selanjutnya, terkait dengan sanksi yang akan diberikan kepada guru tersebut, Eri mengaku akan menunggu hasil pemeriksaan dari Inspektorat Surabaya. Ia juga bersyukur bahwa guru yang telah melakukan kekerasan itu langsung menyampaikan permintaan maaf kepada siswanya, sebelum video tersebut beredar luas.
"Bagaimana nanti, kita lewati bersama, maka saya minta tolong dan saya titip kepada kepala sekolah dan para bapak ibu guru untuk menjaga anak didik kita ini," katanya.
Agar kejadian ini tidak terulang kembali, ia meminta Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya mengundang seluruh guru di Kota Pahlawan itu untuk diberikan penguatan. Bahkan, untuk memastikan para guru-guru memiliki integritas dalam mengajar, Eri meminta untuk mengadakan tes integritas kepada para guru.
"Kami lakukan mulai Senin nanti, kami berlakukan untuk guru di Surabaya," kata dia. Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu tak menampik bahwa kejadian ini adalah salah satu dampak dari pembelajaran via daring yang hampir dua tahun dilakukan. Hasilnya, semangat para murid dan guru menjadi berkurang.
"Kalau terlalu lama daring itu ya begini dampaknya. Maka, kalau PTM seperti ini harus disiplin untuk meningkatkan akhlak masing-masing anak," katanya.
Eri memahami bahwa setiap guru juga harus bisa meningkatkan akhlak setiap anak didiknya dan harus bisa mencegah anak-anak didiknya dari hal-hal buruk, seperti narkoba dan pergaulan bebas. "Ini tidak bisa diajarkan di mata pelajaran, tapi harus melakukan pendekatan dari hati ke hati agar menciptakan akhlaqul karimah pada anak. Jadi 30 menit terakhir usai pelajaran, akan ada tambahan pelajaran nonformal soal ini," katanya.