REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jenderal TNI Andika Perkasa, menyatakan, sudah mengantongi pelaku penembakan prajurit TNI hingga meninggal dunia di Kabupaten Puncak, Papua. Andika menegaskan, para pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Pelaku penembakan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kami sudah memiliki beberapa nama para pelaku penembakan dan kita kejar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya," ujar Andika saat konferensi pers di Mimika, Papua, Jumat (28/1).
Panglima TNI menegaskan, pada saat kejadian semua prajurit TNI melakukan tugas rutin saat mereka diserang oleh anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB). Andika menyebutkan, apa yang para pelaku lakukan adalah cara-cara yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
"Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari beberapa individu yang juga berada di Ilaga kompleks, termasuk barusan juga dengan seluruh jajaran di Kodam Cenderawasih. Intinya, sebetulnya dari pihak TNI tidak ada sedikit pun usaha-usaha yang memprovokasi, tidak ada," kata Panglima TNI.
"Tentang apa langkah selanjutnya, sudah saya lakukan untuk kesekian kalinya, tapi semakin detail, semakin menggunakan dua insiden terakhir sebagai bahan evaluasi. Untuk penambahan pasukan tidak ada, tetap menggunakan mereka yang bertugas di sana untuk melakukan tugas-tugas Kodim dan Koramil," jelas Andika, menambahkan.
KKB tercatat melakukan dua kali serangan terhadap personel TNI-Polri di Papua dalam sepekan. Serangan pertama terjadi di perbatasan Kampung Kamat dan Kampung Faan Kahrio, Distrik Aifat Timur Tengah Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Kamis (20/1/2022) pagi.
Saat itu, sejumlah personel TNI sedang memperbaiki jembatan yang rusak. Satu prajurit meninggal dunia dan empat prajurit lainnya mengalami luka tembak dalam penyerangan tersebut.
Serangan berikutnya terjadi di Bukit Tepuk, Kampung Jenggernok, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua, Kamis (27/1/2022) pagi. KKB menyerang Pos Koramil Gome, Satgas Kodim YR 408/Sbh. Tiga personel TNI AD gugur dalam kontak tembak tersebut, dan satu prajurit dalam kondisi kritis akibat luka tembak.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pun mengklaim bertanggungjawab atas dua serangan tersebut.