REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo Solo, Jawa Tengah, ditargetkan beroperasi seluruhnya untuk tahap pertama pada Desember 2022. Nantinya, PLTSa tersebut akan menghasilkan listrik sebesar 8 Megawatt.
Dari total listrik yang dihasilkan tersebut, sebanyak 5 Megawatt akan dibeli oleh PLN. Sedangkan sisanya untuk konsumsi internal.
Direktur PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) selaku pelaksana proyek, Elan Syuherlan, mengatakan, progres pembangunan PLTSa Putri Cempo saat ini mencapai 67 persen. Saat ini, baru dilakukan pengerjaan empat unit mesin dari total delapan unit yang akan dioperasionalkan. Empat unit lainnya akan dikerjakan secara bertahap.
"April mungkin dari empat unit ini dua unit jalan menghasilkan listrik 2 Megawatt. Nanti secara bertahap sampai Desember seluruhnya delapan unit bisa kami selesaikan, total listriknya 8 Megawatt," terang Elan kepada wartawan seusai kunjungan Menteri ESDM Arifin Tasrif di lokasi pembangunan PLTSa Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, Selasa (25/1/2022).
Dia menjelaskan, satu unit mesin nantinya membutuhkan sampah sekitar 40-45 ton sehari. Sampah itu merupakan sampah jadi yang sudah dipilah. Sedangkan jika masih berupa sampah mentah maka butuh sekitar 100 ton lebih per unit dalam sehari.
"Sampahnya tetap harus dipilah. Dibuang material yang nonkompatibel kemudian kami olah yang organik, plastik dan sebagainya," ungkapnya.
Elan memaparkan, proses pengolahan sampah melalui pemilahan terlebih dahulu. Sampah masuk ke dalam mesin tromol kemudian diputar sehingga material berukuran kecil akan terbuang. Selanjutnya masuk proses pemilahan material nonkompatibel seperti metal dan lainnya. Setelah itu masih ada pemilahan lagi sampai berbentuk sampah jadi yang akan diolah menjadi listrik.
"Yang kami butuhkan sebenarnya sampah organik sama plastik. Yang lain kalau sudah bisa dipilah masyarakat bagus banget," jelasnya.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, Pemkot mulai menyelesaikan persoalan sampah dari hulu melalui pemilahan sampah dari rumah tangga. Dia menyebut, para camat dan lurah sidah memiliki komitmen untuk program pilah sampah. Saat ini, program tersebut dimulai di Kecamatan Banjarsari dan akan diikuti empat kecamatan lainnya.
"Nanti ke depan sampah plastik dan organik sudah dipisah semua. Banjarsari sudah jalan. Nanti di-copy kecamatan lain," kata Gibran.
Gibran mengakui, gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo sudah sangat tinggi. Namun, dalam 10 tahun ke depan alam habis diolah menjadi listrik melalui mesin PLTSa tersebut.
"Sepuluh tahun habis, nanti kita kekurangan sampah soalnya mesinnya rakus banget. Nanti kami kerja sama dengan kabupaten-kabukaten sekitar," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan, perjanjian jual beli listrik yang diolah PLTSa Putri Cempo dengan PLN sebesar 5 Megawatt. Namun, nantinya PLTSa menghasilkan sebesar 8 Megawatt karena yang 3 Megawatt untuk konsumsi internal.
"Tadi sudah kami lihat ini berjalan dengan baik sekali. Intinya kolaborasi. Untuk harga sesuai dengan Perpres itu 13,35 sen dolar AS per KwH," ucap Darmawan.