Senin 24 Jan 2022 23:30 WIB

Pokja Genetik UGM Ingatkan PTM 100 Persen Harus Diikuti 3T

Saat PTM 100 persen, langkah 3T sebaiknya dilakukan secara acak dan rutin

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Petugas kesehatan melakukan sweb tes antigen kepada siswa di SMPN 3 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (24/1/2022). Pemerintah Kota Kediri melakukan sweb tes antigen secara acak kepada 400 siswa dan guru di sejumlah sekolah tingkat SD hingga SMA guna mendeteksi penyebaran COVID-19 varian Omicron saat pembelajaran tatap muka.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan melakukan sweb tes antigen kepada siswa di SMPN 3 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (24/1/2022). Pemerintah Kota Kediri melakukan sweb tes antigen secara acak kepada 400 siswa dan guru di sejumlah sekolah tingkat SD hingga SMA guna mendeteksi penyebaran COVID-19 varian Omicron saat pembelajaran tatap muka.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen harus diikuti dengan upaya 3T (testing, tracing, dan treatment) oleh pemerintah. Hal ini diungkapkan Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Gunadi.

"Penyelenggaraan PTM 100 persen tentunya pemerintah dan stakeholder terkait sudah mempertimbangkannya, tetapi harus diikuti dengan 3T," kata Gunadi melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Senin (24/1/2022).

Baca Juga

Ia menegaskan langkah 3T sebaiknya dilakukan secara acak dan rutin. Upaya itu diharapkan memutus mata rantai penularan Covid-19 termasuk varian Omicron dengan kemampuan penyebaran lebih cepat daripada varian Delta. "Karena gejala umumnya tidak berat, OTG, jadi tidak tahu apakah anak-anak dan guru membawa virus atau tidak sehingga dilakukan testing secara acak dan berkala. Jangan menunggu ada klaster atau positif baru di-tracing ini terlambat," kata dia.

Apabila tracing baru dilakukan saat muncul klaster di sekolah, menurut Gunadi hal itu akan berpotensi menyebarkan virus secara lebih luas dalam keluarga dan menjadi klaster baru. Namun jika testing dapat dilakukan secara acak dan rutin, maka akan menjadikan mitigasi Covid-19 lebih baik.

"Pendidikan tidak mungkin tidak berjalan. Kendati begitu, suatu kebijakan harus ada konsekuensi-konsekuensi yang harus dipenuhi pemerintah jangan sampai mengorbankan kesehatan anak-anak itu sendiri," tutur Gunadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement