REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Abbas mengaku prihatin terhadap peristiwa mengenaskan yang terjadi di Tangerang Selatan, Banten. Dalam peristiwa itu seorang rentenir meninggal karena berkelahi dengan tukang gorengan.
Lalu timbul pertanyaan ini salah siapa ?
Menurut KH Anwar yang juga Ketua PP Muhammadiyah ini mengatakan, jika dilihat secara umum maka ini adalah salah bersama. Tetapi kalau dilihat dari perspektif konstitusi ini jelas merupakan kesalahan dari pemerintah.
"Karena pemerintah belum bisa melaksanakan tugasnya melindungi rakyat dengan sebaik-baiknya. Terutama rakyat kecil yang kita sebut usaha mikro dan ultra mikro," kata KH Anwar kepada Republika.co.id, Sabtu (22/1/2022).
Sehingga kata KH Anwar, untuk bisa berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya mereka terpaksa berhubungan dengan para rentenir, yang memang pada umumnya tidak punya hati nurani. Karena bagi mereka yang penting dapat duit. "Masalah orang lain sedang susah atau susah karena perbuatan dan tindakannya mereka tidak peduli," katanya.
Oleh karena itu peristiwa ini hendaknya benar-benar menjadi perhatian dan pelajaran bagi semua. Ia menyarankan pemerintah dan dunia perbankan agar memberikan porsi lebih besar ke UMKM dalam aspek pendanaan. Semua warga negara di negeri ini, kata ia, tanpa kecuali harus mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah.
Ia pun mengingatkan amanat konstitusi yang menugaskan kepada negara dan pemerintah untuk menciptakan sebesar-besar kemakmuran rakyat dapat terwujud. Tidak hanya aspek pertumbuhan, tapi juga pemerataan.
KH Anwar menceritakan, seperti diberitakan, peristiwa mengenaskan ini terjadi karena pedagang gorengan belum mampu membayar utangnya Rp 350 ribu sementara si rentenir tidak mau peduli dengan kondisi keuangan dari si pedagang. Rentenir ini terus memaksa agar yang bersangkutan tetap membayar utangnya.
"Padahal si pedagang sudah bilang dia belum punya uang dan dia mau berdagang dahulu tapi si rentenir tidak mau peduli dan terjadilah peristiwa nahas yang tidak diinginkan tersebut," katanya.
Peristiwa ini tentunya kata dia sudah jelas sangat menyedihkan hati kita semua. Tetapi itulah kenyataannya gara-gara uang Rp 350 ribu keributan dan perkelahian pun tidak terelakkan. Bahkan nyawa si rentenir sampai melayang.