REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Siswa dan guru yang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Bandung akan menjalani kembali tes PCR secara acak. Dinas Pendidikan Kota Bandung melakukan kebijakan tersebut mengingat kasus Covid-19 varian omicron di Kota Bandung yang mengalami peningkatan.
"Mulai hari Senin kita akan melakukan surveilans dengan tim dinkes dan itu tentu saja langkah-langkah ini akan menjadi parameter bagi kita apakah PTM ini berdampak atau tidak terhadap kesehatan anak-anak ataupun PTK (pendidik dan tenaga kependidikan)," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Hikmat Ginanjar, Jumat (21/1/2022) kemarin.
Ia melanjutkan, pemerintah sedang berupaya melakukan hal tersebut dan berharap dampak vaksinasi dapat terlihat. Terkait jumlah sekolah yang akan dites, Dinas Pendidikan Kota Bandung masih mendata tetapi diperkirakan akan lebih banyak.
"Itu kelihatannya banyak juga, nanti kita lihat saja semuanya dan sampelnya juga. SOP yang biasa dilakukan nanti jika ada hal-hal yang tidak sesuai nanti puskesmas terdekat akan melakukan langkah-langkah," katanya.
Hikmat mengatakan apabila ditemukan kasus Covid-19 di atas 5 persen di satu sekolah maka PTM dihentikan sementara. Namun, apabila di bawah itu PTM tetap berlanjut.
"Iya karena SOP nya seperti itu, kalau di bawah 5 persen masih bisa melaksanakan PTM. Tetapi saya kira melihat permasalahan yang ada di masing-masing satuan pendidikan, jadi apakah rombel atau di seluruh tingkatan sekolah," katanya.
Ia menuturkan tes PCR secara acak merupakan kebutuhan di tengah penyebaran kasus omicron. Hikmat menambahkan vaksinasi anak saat ini fokus menyasar anak usia 6 hingga 11 tahun.
"Sekarang yang 6-11 tahun itu sedang berlangsung dan alhamdulillah disupport juga sama TNI dan polri ikut membantu dalam percepatan vaksinasi ini, dan itu hampir sudah lebih dari 55 persen," katanya.
Ia mengatakan, semakin banyak yang divaksin maka kekebalan kelompok segera terbentuk. "Jadi Insya Allah semakin banyak yang divaksin semakin Herd Immunity nya terbentuk," katanya.