REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, terdapat 39 kali gempa susulan usai gempa utama magnitudo 6,6 mengguncang Banten pada Jumat (14/1/2022) lalu. Setelah dua hari berselang, frekuensi gempa susulan itu perlahan menurun.
Daryono menjelaskan, 39 gempa susulan itu tercatat sejak gempa utama terjadi Jumat pukul 16.05 WIB hingga hari ini (16/1/2022) pukul 03.39 WIB. Dari 39 gempa susulan itu, hanya lima di antaranya yang guncangannya terasa. "Susulan terbesar berkekuatan 5,7 magnitudo," kata Daryono ketika dikonfirmasi, Ahad (16/1/2022).
Daryono memerinci rentetan gempa susulan itu. Sebanyak 16 gempa susulan terjadi Jumat antara pukul 16.05 WIB hingga 21.59 WIB. Sebanyak 10 gempa susulan terjadi pada Jumat pukul 22.00 WIB hingga Sabtu (15/1/2022) pukul 03.39 WIB. Lalu tujuh gempa susulan pada Sabtu pukul 4.00 WIB sampai 09.59 WIB.
Setelahnya gempa susulan konstan terjadi sebanyak dua kali setiap enam jam hingga Ahad pukul 03.59 WIB. Lalu pada Ahad pukul 04.00 WIB sampai 08.30 WIB sudah tidak ada lagi gempa susulan. "Tampak tren frekuensi kejadian gempa susulan sudah meluruh. Semoga segera stabil dan normal kembali," kata Daryono.
Daryono menjelaskan, secara umum, gempa susulan memang polanya semakin lama semakin menurun dan habis. Tapi, tak tertutup kemungkinan gempa susulan kembali terjadi. "Iya (polanya semakin lama semakin turun), tapi kita kan tidak tahu apa nanti muncul lagi atau tidak," ujarnya.
Untuk diketahui, gempa utama yang melanda Banten berpusat sekitar 52 km barat daya Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Gempa ini berdampak pada Kabupaten Pandeglang sebagai yang terparah, lalu Lebak, Serang, dan Tangerang.
Menurut data BPBD Banten, gempa ini mengakibatkan 1.741 rumah rusak. Sebanyak 300 di antaranya rusak berat dan 416 rumah rusak sedang. Gempa ini tak menimbulkan korban jiwa meski terdapat dua warga mengalami luka ringan.