Kamis 13 Jan 2022 19:40 WIB

Di Mana Idealnya Isolasi Pasien Omicron? IDI dan Pemerintah Beda Pendapat

WHO menegaskan Omicron tetap berbahaya bagi orang yang belum divaksinasi.

Petugas kesehatan merapikan tempat tidur pasien di Posko Covid-19 RSUD Al-Ihsan, Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (30/12). Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengingatkan pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan fasilitas layanan kesehatan (Faskes). Hal tersebut guna mengantisipasi peningkatan kasus Covid-19 menyusul munculnya varian Omicron. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Penularan varian Omicron sejauh ini paling banyak terjadi di DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Kamis, mengatakan, data terakhir yang dimilikinya, ada 498 pasien Omicron dirawat di Wisma Atlet serta RSPI Sulianti Saroso.

"Transmisi lokal 89 kasus, 17,9 persen, yang dari impor itu 409 kasus atau 80,1 persen. Memang mungkin ada penambahan lagi, nanti kita lihat data-datanya lagi ya," kata Riza saat ditemui di Balai Kota, Kamis (13/1).

Dijelaskan dia kemarin, dalam beberapa waktu ini memang masih ada banyak peningkatan terkait bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur. Mengutip data terbaru, kata dia, BOR hingga Ahad (9/1) ada di angka sembilan persen, dari jumlah sekitar 3.885 tempat tidur, terisi sekitar 348.

“Ya BOR ada peningkatan memang dari yang tadinya sudah turun sampai di empat persen. Begitu juga ICU, dari 604 sudah terpakai 31 ini sedikit peningkatan,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, mengatakan, peningkatan BOR di RS rujukan Covid-19 memang terjadi. Menurut dia, hal itu karena kapasitas maksimal masih ditahan hingga kini.

Dia menjelaskan, sejauh ini pihaknya hanya menggunakan lima ribu tempat tidur. Jumlah itu, kata dia, bisa dimaksimalkan hingga 15 ribu.

“Dan Jumlah RS di DKI yang siap melakukan pelayanan Covid-19 saat ini 140an,” kata dia petang di Balai Kota.

Jika BOR saat ini mengalami peningkatkan, kata dia, karena pihaknya memang belum meluaskan fasilitas yang ada. Dia menyebut, akan melihat tren lebih jauh.

“Kebijakannya adalah semua siaga, kita lihat trennya, nanti kalau trennya begitu (naik terus) ya kami luaskan sambil melihat regulasi,” jelas dia.

Kendati demikian, Widyastuti menampik jika kenaikan BOR saat ini sama dengan kenaikan BOR saat Delta merebak. Ditanya gelombang susulan, dia menyebut, akan mendengarkan saran para ahli dan mempertimbangkan sehingga tidak terjadi peningkatan terus menerus.

“Kami sih tetap mengimbau tidak usah panik, Omicron adalah varian yang memang relatif baru meski penularan cepat. Tapi, untuk menjadi (gejala) berat itu secara teori dan berbagai pengalaman tidak seperti Delta ya,” ucapnya.

Pada Rabu (12/1/2022), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa varian Omicron memang tidak terlalu berbahaya dibandingkan Delta. Namun, dia mengingatkan, bahwa Omicron tetap merupakan varian yang berbahaya terutama bagi orang yang tidak divaksinasi.

Menurutnya, jumlah rekor 15 juta kasus Covid-19 yang dilaporkan pekan lalu adalah perkiraan yang terlalu rendah. Tingkat kematian tetap stabil dan dapat diturunkan dengan memberikan lebih banyak vaksin kepada orang-orang.

"Sementara jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit meningkat di sebagian besar negara, itu tidak dalam tingkat yang terlihat pada gelombang sebelumnya," kata Tedros seperti dikutip laman Anadolu Agency, Kamis (13/1/2022).

"Sebagian besar orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia tidak divaksinasi," ujarnya menambahkan.

Dia mengakui bahwa vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah penyakit parah dan kematian, namun vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan. Tedros mengatakan jumlah kematian yang stabil mungkin karena berkurangnya keparahan yang ditimbulkan dari Omicron, serta kekebalan yang meluas dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.

"Mari kita perjelas, sementara Omikron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus yang berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi," tutur Tedros.

 

photo
Covid 19 omicron serang anak-anak di AS - (Republika)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement