Senin 10 Jan 2022 17:08 WIB

'Sekali Lagi, Tahan Pergi Keluar Negeri'

Lebih dari 300 kasus Omicron di Tanah Air terkait perjalanan keluar negeri.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, tren peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini disebabkan oleh pelaku perjalanan luar negeri.
Foto: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Antara/
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, tren peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini disebabkan oleh pelaku perjalanan luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Dian Fath Risalah, Dedy Darmawan Nasution, Fauziah Mursid

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, tren peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini disebabkan oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Karena itu, dalam rapat terbatas siang hari ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan agar masyarakat menahan diri tidak bepergian keluar negeri.

Baca Juga

“Presiden secara spesifik menekankan ini tadi untuk kita dianjurkan menahan diri dulu beberapa minggu ke depan untuk tidak keluar negeri,” ujar Luhut saat konferensi pers di Kantor Presiden usai rapat terbatas, Senin (10/1/2022).

Luhut menjelaskan, kasus konfirmasi PPLN mendominasi proporsi kasus varian Omicron di Indonesia sehingga menyebabkan kenaikan kasus aktif dan perawatan pasien di Jawa dan Bali. Ia mencontohkan, pada 9 Januari kemarin, jumlah kasus di Jakarta sebanyak 393 kasus. Namun hampir 300 kasus di antaranya disebabkan oleh para pelaku perjalanan luar negeri.

“Jadi sekali lagi, kami mohon teman-teman sekalian untuk menahan diri untuk pergi keluar negeri kecuali sangat-sangat penting,” jelasnya.

Luhut mengatakan, hingga Ahad (9/1/2022) dari total 393 kasus konfirmasi di DKI Jakarta hampir 300 kasus di antaranya disebabkan oleh para pelaku perjalanan dari luar negeri. Ia menjelaskan saat ini varian Omicron telah menyebar di 150 negara di dunia. Varian baru Covid-19 itu menginfeksi sejumlah negara maju dan menyebabkan gelombang yang lebih besar dari penyebaran varian sebelumnya, Delta.

Peningkatan kasus yang tinggi itu juga menyebabkan tingkat perawatan rumah sakit meningkat, terutama di Amerika Serikat, Australia, Inggris dan negara Eropa lainnya. Selain itu tren peningkatan kasus Omicron juga terjadi di Jepang, India, dan Filipina, kendati terjadi penurunan kasus yang signifikan di Afrika Selatan, di mana varian baru itu pertama menyebar.

Pemerintah pun akan terus memberlakukan langkah pengetatan di pintu-pintu masuk untuk mencegah semakin banyaknya kasus impor varian Omicron ini. Kabar baiknya, lanjut Luhut, meskipun jumlah kasus tercatat terus mengalami peningkatan, namun jumlah kasus kematian di Jawa dan Bali justru terjaga baik.

“Hanya satu kematian selama bulan Januari ini yang ditemukan di Jakarta. Selain itu, kasus konfirmasi di provinsi lainnya relatif terjaga dengan baik. Meskipun terdapat kenaikan sedikit di Bali, Banten, dan DIY,” ungkap Luhut.

Kasus terkonfirmasi varian Omicron di Indonesia terus bertambah. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, positivity rate varian Omicron disumbang oleh para pelaku perjalanan internasional. Positivity rate kedatangan dari luar negeri 65 kali lebih tinggi dibandingkan dengan positivity rate transmisi lokal.

"Kami mengamati peningkatan dari jumlah kasus Omicron terutama dari kedatangan luar negeri. Sebagai informasi positivity rate untuk kedatangan luar negeri adalah 13 persen, jauh di atas positivity rate transmisi lokal yang 0,2 persen," kata Budi dalam konferensi pers secara daring, Senin (10/1/2022).

Berdasarkan data tersebut, lanjut Budi, semakin memperkuat hipotesa bahwa sebagian besar dari kasus positif yang terjadi saat ini disebabkan oleh kedatangan luar negeri. "Dan negara-negara yang paling tinggi sekarang bergeser pertama adalah Arab Saudi kedua Turki ketiga Amerika Serikat dan yang keempat adalah Uni Emirat Arab," ungkapnya.

Budi melanjutkan, dari total kasus konfirmasi Omicron sebanyak 414 orang, terdapat dua pasien yang masuk dalam kategori sedang atau membutuhkan perawatan dengan oksigen. "Hanya dua orang, satu usia 58 tahun yang satu lagi usia 47 tahun dan keduanya memiliki komorbid," ungkapnya.

Kemudian, dari 414 orang yang dirawat karena Omicron, 114 orang atau sekitar 26 persen sudah sembuh termasuk dua pasien yang masuk kategori sedang. Saat ini 114 orang tersebut sudah kembali ke rumah.

"Jadi kesimpulannya memang walaupun Omicron ini cepat transmisinya tapi relatif lebih ringan dari keparahannya," ujar Budi.

Mantan Wakil Menteri BUMN itu menambahkan, karena sebagian besar kasus Omicron berasal dari pelaku perjalanan luar negeri. Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan luar negeri jika tidak terlalu penting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement