Jumat 07 Jan 2022 03:35 WIB

NTP Maluku Naik 4,51 Selama 2021

Peningkatan NTP disebabkan indeks harga hasil pertanian yang juga meningkat.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petani memanen jagung (ilustrasi). Nilai Tukar Petani (NTP) di Maluku naik sepanjang 2021.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Petani memanen jagung (ilustrasi). Nilai Tukar Petani (NTP) di Maluku naik sepanjang 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Badan Pusat Statistik(BPS) Maluku menyatakan Nilai Tukar Petani (NTP) selama Januari-Desember 2021 di Provinsi Maluku lebih tinggi 4,51 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.

"Perubahan tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 9,73 persen," Kepala BPS Provinsi Maluku, Asep Riyadi di Ambon, Maluku, Kamis (6/1).

Baca Juga

Indeks NTP merupakan perbandingan inderks harga yang diterima petani (it) terhadap indeks harga yang dibayar petani (ib). NTP juga menunjukan daya tukar dari harga produk pertanian dengan harga barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

"NTP Januari-Desember 2021 tertinggi terjadi pada Subsektor Perikanan yakni sebesar 105,95 dan terendah terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan yakni 94,04," ujar Asep.

Ia mengatakan NTP Maluku pada Desember 2021 sebesar 104,16 atau naik sebesar 0,38 persen dibanding November 2021 yang tercatat sebesar 103,77. Pada Desember 2021 Provinsi Maluku berada di urutan ke-21 dari 34 provinsi dengan NTP sebesar 104,16. NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau sebesar 152,18 dan NTP terendah terjadi di Provinsi Bali sebesar 94,77.

"Peningkatan NTP disebabkan oleh indeks harga hasil pertanian yang tercatat meningkat sebesar 0,84 persen melebihi peningkatan indeks harga yang dibeli petani (ib) sebesar 0,46 persen," kata Asep.

Ia menjelaskan, terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan (0,66 persen), hortikultura (1,40 persen), dan subsektor perikanan (2,07 persen). Sementara dua subsektor lainnya mengalami penurunan NTP yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,32 persen), dan subsektor peternakan (-0,16 persen).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement