REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Polda Metro Jaya telah melahirkan sebuah terobosan akselerasi vaksinasi di wilayah DKI Jakarta & Aglomerasi, melalui metode Vaksinasi Merdeka (VM) selama pandemi Covid-19 2021. Saat ini sudah VM I hingga III.
Pelaksanaan VM yang berpegang pada unsur kerelawanan, kedermawanan dan kepemimpinan, berhasil mendorong akselerasi capaian angka vaksinasi hingga 120 persen di wilayah DKI Jakarta, serta capaian minimal 90 persen di wilayah penyangga (aglomerasi), Depok, Bekasi, dan Tangsel di akhir November 2021.
"Percepatan ini dapat terjadi karena metode VM mampu menghasikan program vaksinasi yang mudah dijangkau warga, masif diselenggarakan di minimal 300-900 titik dalam waktu 10-7 hari penuh serta murah dalam penyelenggaraannya, hanya Rp 20 ribu per shoot biaya penyelenggaraan vaksinasi," ujar Kompol Supriyanto, Kaposko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya, Jumat (32/12).
Lanjut Supriyanto, pada 2022, pihaknya akan terus melanjutkan kerja-kerja kemanusiaan dengan VM untuk memastikan seluruh warga DKI Jakarta dan aglomerasi, dapat memiliki perlindungan diri melalui vaksinasi, terutama vaksinasi untuk anak.
"Semoga program vaksinasi ini dapat menjadi jalan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para relawan yang membantu pelaksanaan VM tahap I hingga tahap III. Tercatat ada 30 ribu relawan yang terlibat dan 75 persennya merupakan relawan wanita," jelas Supriyanto.
Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka (YSVM), Devie Rahmawati mengatakan, metode Vaksinasi Merdeka yang digagas oleh Polda Metro Jaya ini. Langkah ini dimulai dari proses penelitian selama kurang lebih tiga bulan, yang dilakukan bersama akademisi untuk menelaah perilaku masyarakat terhadap vaksinasi. Kemudian ditemukan bahwa terdapat tiga hal yang mendorong angka vaksinasi di gelombang kedua belum optimal, yakni karena adanya tantangan teknis, rendahnya literasi, serta gempuran mis-informasi.
"Untuk mengatasi hal itu, Polda Metro Jaya bersama YSVM, kemudian mendorong penggunaan teknologi digital sehingga mampu mengelola hampir 50 ribu calon relawan yang berbondong-bondong mendaftarkan diri hingga kemudian 10.060 relawan terpilih, telah mendedikasikan waktu sebanyak 2.977.760 jam untuk kemanusiaan di VM I hingga III," jelas Devie.
Menurut Devie, kehadiran platform digital-lah yang membuat kompleksitas pengelolaan ribuan relawan, yang bertugas di 2012 titik, dapat berjalan lancar karena relawan bisa memilih titik bertugasnya secara mandiri. Posko VM di pusat, dapat melakukan monitor sebaran relawan by role, by location, dengan titik kordinat serta fitur absensi dengan validasi QR Code dan Geotag. Sehingga dapat dipastikan dengan akurat, yang melakukan absensi ialah benar-benar relawan yang bertugas.
Keunikan dari metode ini, lanjut Devie, bagaimana bukan hanya kerelawanan yang hadir, tetapi juga kedermawanan yang kuat dari individu maupun institusi yakni PT Telkom, yang menjadi tulang punggung dari platform relawan kemanusiaan pertama di Indonesia. Lalu, Gojek, yang selama VM I-III terus memberikan dukungan transportasi baik bagi relawan maupun peserta vaksin dari dan ke tempat vaksin. "Dan, Ruang Guru, yang menyuarakan serta meyakinkan publik tentang kehadiran VM serta memberikan dukungan materi dan logistik."