Rabu 29 Dec 2021 19:27 WIB

Transmisi Lokal Jadi Bukti Nyata Omicron Sudah Ada di Tengah Masyarakat

Transmisi lokal Omicron diduga terjadi karena lemahnya 3T dan karantina.

Calon penumpang berjalan di selasar terminal untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (29/12/2021). Pemerintah mengimbau warga negara Indonesia (WNI) bepergian keluar negeri sementara waktu untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 varian Omicron.
Foto:

Ia mengungkapkan alasan mengapa pasien pertama Omicron transmisi lokal ini harus dibawa ke RSPI Sulianti Saroso meskipun tak bergejala. "Tentunya mengapa kita melakukan perawatan di RSPI Sulianti karena ini merupakan kasus pertama transmisi lokal. Jadi kita ingin memastikan, meminimalisir kemungkinan penularan yang mungkin terjadi," terang Nadia.

Fasilitas di RSPI Sulianti Saroso juga jauh lebih baik untuk menjalani isolasi dibanding Wisma Atlet. Selain itu, tentunya juga agar dapat mempelajari pola-pola klinis dari Omicron yang tertular dengan transmisi lokal ini.

"Pada prinsipnuya, pengendalian infeksi di RS itu akan lebih baik dan akan lebih ketat pengawasannya. Oleh karena itu, kita membawa yang bersangkutan ini ke RS Sulianti. Tidak melakukan isolasi atau karantina di Wisma Atlet," terang Nadia.

Pria tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan luar negeri dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan tidak berkontak dengan pelaku perjalanan luar negeri.

Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menanggapi terkait adanya satu kasus varian Omicron transmisi lokal di DKI Jakarta. Menurutnya, hal ini terjadi karena tracing, tracking dan treatment (3T) tidak kuat serta pengawasan karantina yang kurang.

"Semua ini perkara waktu ya, ketika itu terjadi sebenarnya itu fenomena puncak gunung es. Whole Genome Sequencing (WGS) perlu ditingkatkan, karena kalau tidak kasus Omicron akan semakin banyak," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (29/12).

Kemudian, ia menjelaskan saat ini pemeriksaan menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mendeteksi varian Omicron di Indonesia sangat kurang. Terutama terhadap warga negara yang melakukan perjalanan luar negeri.

"Sarannya tetap sama 3T, 5M, vaksinasi dan penguatan perbatasan negara dan antar wilayah dengan payung PPKM. Namun, kualitas dan kuantitasnya harus ditingkatkan," kata dia.

Ia mencontohkan seperti tes PCR harus dilakukan sebelum kedatangan ke Indonesia sebaiknya 1x24 jam sebelum keberangkatan. Total tiga tes PCR saat isolasi karantina terpusat di pintu masuk. Di luar tes PCR saat kedatangan.

Selain itu, masker harus berkualitas tinggi N95 atau KN95 terutama untuk pelayan publik dan pelaku perjalanan dan orang berisiko. Lalu, pemantauan aktivitas selama 14 hari pasca karantina selesai pun perlu dilakukan oleh pemerintah.

"Pengabaian dalam pengendalian Delta dan Omicron berpotensi melahirkan varian rekombinan. Maka, pemerintah harus agresif dalam menghadapi varian-varian baru Covid-19," kata dia.

photo
Ilustrasi Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga atau Booster - (republika/mardiah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement