REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan, temuan jalur trem di lokasi pembangunan MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota, Jakarta Pusat, memang berdasarkan pada sisa-sisa zaman penjajahan Belanda dulu. Rencananya, kata dia, jalur kereta tertua di Indonesia itu, bisa saja dipindahkan.
“Karena di situ kan lagi proses penggalian untuk MRT,” kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI, kemarin malam.
Ditanya apakah jalur itu akan dihidupkan kembali, Riza menampiknya. Menurut dia, selama periode Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, ataupun periode Anies-Riza, tidak ada rencana membuat jalur trem.
Alih-alih menghidupkan kembali jalur itu, pihak dia akan tetap berfokus pada rencana pembangunan awal. “Adanya kan MRT, LRT, Busway, angkot ya kan, Gojek, ya. Jadi nggak ada (menghidupkan kembali jalur trem)” jelas Riza.
Sementara itu, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim, menegaskan, temuan jalur Trem yang ditemukan pihak dia sudah ada sejak Agustus 2021 silam di Jakarta Utara. Terbaru, dikatakan dia, temuan itu kembali ada saat PT MRT Jakarta mengetes tanah untuk pembangunan MRT fase 2, rute Bundaran HI-Kota di jalan kawasan Glodok, Jakarta Pusat.
“Terakhir, juga ditemukan di kedalaman antara 15-110 cm dan ditemukan di Desember ini,” kata dia dalam diskusi daring, Senin (27/12).
Dia menambahkan, pihaknya sejauh ini masih melakukan pembahasan mengenai jalur yang terkubur itu. Utamanya dengan banyak pihak terkait, termasuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Sementara itu, Arkeolog dari Universitas Indonesia, Yunus, memandang, jika temuan jalur trem yang diduga ada sejak 1869 itu merupakan yang tertua di Indonesia. Karenanya, rel yang ditimbun alih-alih dari dihapus, menjadi temuan menarik.
“Beberapa pekan lalu, saya ke lapangan dan menemukan rel ini. Semua kondisi baik, jadi sangat mungkin di dismantle dan dipindahkan,” jelas Yunus.
Walaupun ke depannya ada pemugaran antara MRT dengan Pemprov DKI, kata dia, pihaknya juga bisa saja mendukung untuk opsi tersebut. Terlebih, ketika cagar itu justru akan diselamatkan dari kerusakan.
“Saya juga sarankan dipindah sementara dan akan dikonservasi, kita putuskan lagi nanti. Tim arkeologi masih akan membantu juga,” ucapnya.