REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, angkat bicara terkait munculnya kabar Delmicron, yang disebut-sebut varian baru Covid-19 gabungan varian Delta dan Omicron. Zubairi menegaskan, Delmicron bukanlah varian baru Covid-19.
"Delmicron bukanlah varian baru dari virus corona seperti Alpha atau Beta. Artinya, Delmicron cuma istilah yang mengacu pada situasi di mana Delta dan Omicron membuat lonjakan kasus di wilayah tertentu, kayak di Amerika. Di sana Omicron menyumbang 73% dari total kasus baru," tulis Zubairi dalam akun Twitter miliknya @ProfesorZubairi, Ahad (26/12).
Senada dengan Zubairi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, istilah Delmicron nampaknya banyak bermula dari keterangan Dr Shashank Joshi, salah seorang anggota satgas dari negara bagian Maharashtra di India.
"Otoritas berwenang di India termasuk yang ternama seperti Indian Council of Medical Research (ICMR) tidak pernah memberikan informasi tentang ada tidaknya Delmicron, juga tidak ada pernyataan dari organisasi resmi apapun di India, juga tidak ada penjelasan dari pakar lain yang menyebutkan tentang Delmicron," kata Tjandra dalam keterangannya, Ahad (26/12).
Sehingga, sejauh ini istilah tersebut hanya pendapat seorang dokter yang kebetulan diwawancara media, bukan dalam bentuk tulisan ilmiah Sejauh ini disebutkan bahwa ini bukanlah varian baru, tetapi pasien yang terserang varian delta dan varian omicron.
"Sehingga diduga cepat menular dan keluhannya tidak ringan, tetapi sekali lagi belum ada bukti ilmiah yang jelas tentang hal ini, kita tahu penamaan varian WHO adalah berdasar abjad Yunani, jadi sepatutnya tidak akan ada istilah Delmicron dalam klasifikasi VOC atau VOI nya WHO," jelas Tjandra.