Jumat 24 Dec 2021 03:15 WIB

Literasi Gizi YAICI, Muslimat NU dan Aisyiyah Jangkau 10 Ribu Warga

Literasi gizi YAICI, Muslimat NU dan Aisyiyah fokus SKM dan dampak bagi balita

 Sebanyak lebih dari 10 ribu masyarakat dari 30 provinsi di Indonesia telah terpapar edukasi gizi khususnya mengenai kandungan gizi susu kental manis dan dampaknya bila dikonsumsi oleh balita. Hal itu disampaikan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama para mitra kerja dalam konferensi pers.
Foto: istimewa
Sebanyak lebih dari 10 ribu masyarakat dari 30 provinsi di Indonesia telah terpapar edukasi gizi khususnya mengenai kandungan gizi susu kental manis dan dampaknya bila dikonsumsi oleh balita. Hal itu disampaikan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama para mitra kerja dalam konferensi pers.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak lebih dari 10 ribu masyarakat dari 30 provinsi di Indonesia telah terpapar edukasi gizi khususnya mengenai kandungan gizi susu kental manis dan dampaknya bila dikonsumsi oleh balita. Hal itu disampaikan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama para mitra kerja dalam konferensi pers.

Diantara mitra kerja YAICI yang hadir adalah PP Muslimat NU,  Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Ketua Umum Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI)  dan Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat Indonesia (KOPMAS). 

Literasi gizi, adalah upaya bersama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi. Langkah ini sekaligus sebagai upaya untuk memutus mata rantai gizi buruk dan percepatan penuruna stunting. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah mencanangkan target penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Agus Suprapto dalam kesempatan itu mengatakan, meskipun dalam kondisi pandemi Covid 19, namun ia optimis target penurunan stunting itu tetap tercapai. 

“Target kita pada 2024 itu stunting turun menjadi 14 persen. Seharusnya target penurunan pertahun itu minimal 2,7 persen, namun karena pandemi, pada 2020 penurunannya hanya 0,8 persen, kecil memang, tapi di tahun 2022 nanti, dengan kita melibatkan semua sumberdaya di masyarakat, diharapkan bisa turun menjadi 18%. Karena itu kami, sangat mengapresiasi kegiatan edukasi gizi dan susu kental manis yang diselenggarakan YAICI dan mitra-mitranya ini. Konsumsi susu kental manis oleh balita ini bisa dibilang kekerasan pemberian makanan untuk anak, makanan yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh anak tapi diberikan sebagai minuman anak. Jadi ini pemaksaan konsumsi di masyarakat. Oleh karena itu edukasi ini penting untuk terus dilakukan,” jelas Agus Suprapto. 

Ketua Umum HIMPAUDI Netti Herawati mengatakan upaya penurunan stunting ini adalah tanggung jawab peerintah. “Edukasi- edukasi gizi dan konsumsi makanan bergizi untuk anak ini dilakukan oleh lembaga-lembaga masyarakat, namun bukan berarti pemerintah bisa lepas tangan. Tetap tanggung jawab untuk peningkatan literasi gizi masyarakat ini ada di pemerintah, oleh karena itu yang diharapkan ke depannya adalah bagaimana kolaborasi pemerintah dengan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah ini,” jelas Netti Herawati. 

Sementara Ketua Majelis Kesehatan PP 'Aisyiyah, Chairunnisa M.Kes, mengatakan PP Aisyiyah akan terus melakukan edukasi gizi khususnya mengenai penggunaan susu kental manis. “Kami meneliti resiko kejadian stunting, ternyata ada potensi kejadian stunting pada anak yang mengkonsumsi susu kental manis. Kami juga melakukan penelitian terhadap konsumsi susu kental manis oleh ibu hamil dengan balita, ternyata hasil penelitian banyak sejali ibu-ibu yang mengatakan dan mengkonsumsi susu kental manis ini sebagai susu. Ini bukti bahwa literasi gizi dan konsumsi susu kental manis pada balita ini perlu menjadi concern bersama,” jelas Chairunnisa.

Hal yang sama juga disampaikan dr. Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU. “Dulu susu kental manis di supermarket dikelompokkan ke dalam susu anak, sekarang sudah terlihat di supermarket dikelompokkan  di rak gula. Jadi ini adalah kemajuan dari edukasi yang kita lakukan selama ini,  bahwa sudah ada pemahaman bahwa ini bukan susu, tapi gula,” jelas Erna. 

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan bahwa tahun ini penelitian YAICI melakukan penelitian konsumsi pada ibu hamil, dan hasilnya cukup mengagetkan ternyata 71 persen ibu mengkonsumsi SKM sebagai asupan gizi selama hamil. Sebanyak 60,6 persen ibu mengkonsumsi SKM sebanyak 3-6 takaran sendok. Oleh karena itu YAICI akan terus berkomitmen untuk memberikan edukasi gizi dan juga advokasi mengenai susu kental manis. 

“Kami masih melihat celah pelanggaran aturan tentang susu kental manis dalam PerBPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan oleh produsen. Karena itu kami telah menyiapkan rencana program edukasi termasuk melanjutkan pilot project edukasi makanan bergizi dan bahaya penggunaan susu kental manis melalui penerapan G21H dan Mindful Parenting,” jelas Arif Hidayat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement