REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri, Rizky Suryarandika
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan masyarakat disiapkan dalam menghadapi varian Omicron. Alasannya, kasus Omicron sudah ditemukan di hampir 100 negara di dunia.
Menurut Tjandra penyebaran Omicron di dunia nampaknya tidak terbendung lagi. Saat ini Omicron merupakan ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Hal yang harus dilakukan adalah segera mengidentifikasi sudah seberapa besar penularan di masyarakat.
"Kasus pertama petugas kebersihan N misalnya, diberitakan diduga tertular dari warga yang baru pulang dari Afrika, tentu akan baik kalau diinformasikan juga siapa saja anggota masyarakat lain yang sudah tertular, apakah semua sudah dikarantina, ke tempat mana saja mereka berkunjung sehingga masyarakat lain yang juga berkunjung ke tempat yang sama bisa waspada. Demikian juga dengan kasus-kasus lainnya yang sudah ada sekarang dan yang mungkin akan ada lagi di hari-hari mendatang," tegas Tjandra kepada Republika, Selasa (21/12).
Selain itu, pemerintah harus memperketat kemungkinan tambahan kasus lagi dari luar negeri, dengan membatasi yang masuk, melakukan karantina yang ketat sampai 14 hari dan jangan sampai ada yang lolos dengan berbagai alasan dan lainnya. "Kita harus hope for the best dan prepare for the worst. Dari kacamata kesehatan maka sudah harus disiagakan fasyankes, bukan hanya RS tapi juga pelayanan kesehatan primer," kata dia.
Tentunya perlu disiapkan roster daftar tenaga yang nanti diperlukan, termasuk obat dan alat kesehatan. Sebaiknya pun, lanjut dia, saat ini sudah dilakukan setidaknya simulasi dalam bentuk table top exercise dan lain-lain. "Masyarakat juga harus disiapkan untuk kemungkina apa yang harus dilakukan kalau ada peningkatan kasus, identifikasi klaster dll," tegasnya.
Di luar aspek kesehatan maka perlu diantisipasi dampak sosial, ekonomi dan bahkan juga politik yang mungkin terjadi. Hal penting lainnya adalah komunikasi publik yang baik, transparan, konsisten dan responsif.
Sementara Ahli Virologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika menilai penyebaran varian Omicron hanya menunggu waktu. Oleh karenanya, saat ini Indonesia masih belum dalam posisi yang aman dari virus Covid-19.
"Bagaimanapun potensi di komunitas kan masalah waktu, Omicron ini lebih dari Delta. Kabar baiknya masyarakat sudah lebih banyak punya imunitas, tapi bukan berarti aman, cuma jadi punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri, faskes dipersiapkan," tegas Mahardika.
Sebelummya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan Indonesia jauh lebih aman dibanding negara lain dalam penyebaran virus Covid-19. "Kalau lihat angka positif jumlah kasus harian dan kematian kita pada kondisi laju penularan yg rendah dan reproduktif number kita di bawah 1," kata Nadia kepada Republika, Selasa (21/12).
Menurutnya, Indonesia adalah salah satu negara paling aman dari Covid-19 dan jika harus keluar negeri, maka akan keluar dari zona aman menuju zona berbahaya. Jika kembali pun, nantinya akan berpotensi membawa Omicron ke Indonesia dan pastinya akan merusak situasi yang sudah kondusif ini.
"Penting sekali bagi kita untuk saling menjaga orang-orang terdekat agar tidak tertular Covid-19, terlebih dengan adanya varian Omicron saat ini. Jadi saya tegaskan kembali agar tidak berpergian ke luar negeri dahulu untuk kebaikan kita bersama," tegasnya.
Sedang Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, hingga kini karakteristik varian Omicron masih dalam tahap penelitian. Sejauh ini, kata dia, WHO menyatakan temuan karakteristik varian Omicron berdasarkan studi awalan yang dilakukan, di antaranya yakni belum ada bukti peningkatan kemampuan penularan dan keparahan gejala.
Selain itu, juga terdapat kemungkinan peningkatan peluang penularan pada penyintas Covid-19 atau diperkirakan mampu melawan imunitas terhadap Covid-19 yang telah terbentuk. “Sampai saat ini PCR dianggap masih mampu mendeteksi varian Omicron, sedangkan rapid antigen masih dalam penelitian,” lanjut Wiku.
Meskipun demikian, ia meminta masyarakat untuk tetap tenang dan turut menciptakan suasana kondusif dengan mengikuti perkembangan terkini dari pemerintah. “Alih-alih menyebabkan rasa ketakutan yang berlebihan dengan menyebarluaskan hal-hal yang belum tentu benar, alangkah lebih baik kita bersikap lebih hati-hati dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara disiplin,” jelas Wiku.