REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Desa Wisata Cibuluh memiliki potensi wisata alam yang memikat, mulai dari alam pegunungan, air terjun, hingga muara sungai dari tujuh aliran sungai. Untuk menarik minat wisatawan sekaligus mensyukuri alam yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjung Siang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, menggelar atraksi wisata Festival 7 Sungai, yang berlangsung Sabtu (18/12) dan Ahad (19/12).
Tahun ini menjadi tahun keenam penyelenggaraan Festival 7 Sungai. Festival ini merupakan atraksi wisata yang menarik diambil dari budaya masyarakat setempat dalam mencari nafkah, seperti bertani dan mencari ikan.
Selama rangkaian Festival 7 Sungai ditampilkan berbagai kesenian dan budaya untuk menarik wisatawan. Di antara yang menarik dari rangkaian Festival 7 Sungai adalah bagaimana cara masyarakat setempat dalam menangkap ikan. Dipusatkan di Sungai Cipunegara, acara festival ini berlangsung seru, meriah, namun juga tetap khidmat.
"Di acara ini wisatawan diperkenalkan dengan budaya sungai, budaya bercocok tanam, budaya kesenian, dan permainan tradisional yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa. Kali ini wisatawan disuguhkan dengan atraksi menangkap ikan," ujar Mang Udan, Kordinator Pokdarwis Kecamatan Tanjung Siang, Subang.
Menurut Mang Udan, sebenarnya ada banyak alat dan cara dalam menangkap ikan yang dilakukan warga Desa Cibuluh. Pada Festival 7 Sungai ini, ditampilkan dua cara menangkap ikan, yakni ngecrek dan ngeprok.
Ngecrek adalah dengan cara melempar-lempar jaring ikan, sementara ngeprok memukul-mukul air sungai dengan bambu agar ikan berkumpul dan lari ke dalam perangkap yang terbuat dari bambu atau disebut bubu.
Mang Udan menuturkan, Festival 7 Sungai juga digelar untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan. "Dengan festival ini kami berharap akan tumbuh kesadaran masyarakat untuk menjaga sungai agar tidak kotor dan tercemar, tidak ada sampah maupun limbah," ucap Mang Udan.
Sementara Bambang Subarnas dari Bale Budaya Bandung, yang juga penggagas Festival 7 Sungai ini mengatakan, pandemi Covid-19 yang mewabah sejak Maret 2020 di Indonesia, telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Desa Wisata Cibuluh juga merupakan salah satu desa terdampak. Sektor pariwisata Desa Cibuluh yang dibangun sejak tujuh tahun lalu, mengalami kelesuan.
"Festival 7 Sungai yang keenam pada tahun 2021 ini masih dalam suasana pandemi covid-19. Warga desa tetap berkhidmat melaksanakan event bersama sesama warga karena tujuh sungai yang mengalir di tubuh desa adalah urat nadi kehidupan selama beratus atau beribu tahun, mengaliri sawah, menyuburkan ladang, membersihkan kotoran, bahkan tempat melarung bali ari-ari yang dilahirkan seorang ibu. Karenanya festival ini adalah bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa," kata Bambang.