REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengatakan KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memiliki kesamaan dengan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. "Gus Dur dan Gus Yahya ini sama-sama punya rasa percaya diri yang tinggi dan keberanian," kata Muhaimin dalam bedah buku Menghidupkan Gus Dur (Catatan Kenangan KH Yahya Cholil Staquf) Ahad (19/12).
Muhaimin menjelaskan, Gus Yahya merupakan salah seorang dari sekian banyak murid Gus Dur yang bisa memahami dan menyelami pikiran-pikiran Gus Dur. Dia mencontohkan, saat Gus Dur mengeluarkan dekrit presiden, hanya Gus Yahya yang berani untuk membacakan dekrit itu.
"Waktu mencalonkan sebagai ketua umum PBNU, Gus Yahya mengatakan sudah hampir pasti menang," kata Muhaimim berkelakar.
Sementara itu, Putri Gus Dur, Yenni Wahid menyebut, Gus Yahya mendampingi Gus Dur dalam periode sangat penting dalam kehidupan Gus Dur yang penuh momentum sejarah. "Saya rasa itu hak istimewa yang luar biasa. Saya berterima kasih kepada Gus Yahya, dengan kesibukannya beliau meluangkan waktu menceritakan kehidupan Gus Dur," kata Yenni.
Terkait hal itu, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyatakan, dirinya belum pantas dikatakan sebagai seorang Gus Dur muda, yang menjadi pandangan sejumlah pihak saat ini. "Saya kira, saya sangat jauh dari itu. Saya hanya belajar dari beliau sampai batas kemampuan saya," katanya.
Menurut Gus Yahya, dirinya tidak pantas disebut Gus Dur muda, karena jauh dari kualitas seorang Gus Dur waktu beliau masih muda. Kata Gus Yahya, idealisme, visi dan cita-cita Gus Dur masih relevan sampai sekarang.
Secara sosiologis, dia melihat, hal itu, masih akan relevan hingga puluhan tahun akan datang. Gus Yahya menjelaskan, buku tersebut bercerita tentang awal perkenalannya dengan Gus Dur hingga didapuk menjadi juru bicara Gus Dur saat menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia.
Yahya kerap menemani Gus Dur bertemu dengan tokoh negara bahkan pemimpin dunia. "Gus Dur memiliki rasa humor yang luar biasa, yang memang dia asah sejak kanak-kanak, sehingga dia bisa menggunakan secara spontan dalam situasi apapun dan ketika bertemu siapapun," kata Gus Yahya.
Penulis buku AS Laksana mengaku, senang saat diberikan kesempatan untuk menulis buku tersebut. Selain itu, AS Laksana juga mengaku, mengidolakan sosok Gus Dur.
"Saya memang pengen menulis, saya lama tidak ketemu dengan Gus Yahya. Ketika saya memutuskan untuk membuat memoar tentang Gus Dur, Gus Yahya memberikan judul "Menghidupkan Kembali Gus Dur". Ini menurut saya menarik," jelas AS Laksana.