Rabu 15 Dec 2021 16:19 WIB

Gantikan Es Batu, Cold Storage Bantu Ekonomi Bakul Ikan

Biaya penyimpanan ikan di cold storage lebih irit dibandingkan menggunakan es batu.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolandha
Cold Storage Karangsong
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Cold Storage Karangsong

REPUBLIKA.CO.ID, OLEH LILIS SRI HANDAYANI

INDRAMAYU -- Udara dingin langsung menyergap saat memasuki ruangan anterum cold storage di Desa Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Rabu (15/12). Panel indikator suhu di cold storage milik Pemerintah Provinsi  (Pemprov) Jawa Barat itu menunjukkan angka minus 13 derajat Celcius.

Baca Juga

Di ruangan tersebut, tumpukan ikan yang baru dibeli oleh bakul ikan dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong disiapkan ke dalam sejumlah wadah. Selanjutnya, wadah berisi ikan itu didorong menggunakan lori memasuki ruangan cool room.

Udara di ruangan cool room terasa lebih dingin lagi, seperti menusuk tulang. Suhunya mencapai minus 20 derajat Celcius. Di ruangan itulah, ikan milik para bakul ikan disimpan.

Dengan dukungan pasokan listrik dari PT PLN (Persero) pada cold storage berkapasitas 100 ton itu, ikan-ikan milik bakul ikan tersimpan dengan awet. Dengan daya sekitar 100 ribu watt, kualitas ikan tetap terjaga sehingga membuat harga ikan bisa ikut terjaga pula. Lamanya penyimpanan ikan di cold storage itu bervariasi, sekehendak bakul pemilik ikan.

"Ya tidak tentu, bisa seminggu, bisa lebih, tergantung ngumpulnya ikan," ujar seorang bakul ikan, Munawir Sajali (34), saat ditemui Republika.co.id di Cold Storage Karangsong.

 

Munawir memperoleh ikan dari hasil lelang di TPI Karangsong. Setiap kali ikut pelelangan, dia biasa membeli ikan di kisaran tiga sampai empat kuintal. Ikan-ikan tersebut lantas dikumpulkan dan dititipkannya di cold storage tersebut.

Setelah terkumpul sekitar dua ton, Munawir mengambil ikannya untuk dikirimkan kepada pembeli di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Majalengka, Batang maupun Tegal. Adapun jenis ikan yang biasa diperjualbelikannya di antaranya tongkol, kakap merah dan tengiri.

Sebelum ada cold storage, Munawir mengaku sangat kerepotan dalam menjalankan usahanya sebagai bakul ikan. Dia terpaksa harus langsung menjual ikannya kepada pembeli untuk mencegah menurunnya kualitas ikan. Pengawetan dengan es batu menjadi pilihan untuk menahan sementara ikan dari kebusukan.

"Kalau tidak ada cold storage, ya jelas sangat susah," kata bakul ikan asal Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu itu.

photo
Cold Storage Karangsong - (Republika/Lilis Sri Handayani)

Penjualan ikan secara langsung dalam jumlah sedikit akhirnya membuat biaya transportasi untuk pengiriman ke konsumen menjadi lebih mahal. Penjualan pun hanya bisa dilakukan ke daerah terdekat untuk menghindari membusuknya ikan.

"Dengan adanya cold storage, saya juga bisa menyimpan ikan saat harganya sedang murah dan baru dijual saat harganya membaik," tutur pria yang sudah 11 tahun menjadi bakul ikan tersebut.

Tarif yang dikenakan kepada bakul ikan yang memanfaatkan cold storage itupun sangat murah. Yakni, Rp 30 per kilogram per hari untuk penyimpanan ikan dan Rp 300 per kilogram untuk pembekuan. Tarif itu sesuai Perda Provinsi Jabar Nomor 19 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah.

Ada dua unit cold storage di Desa Karangsong. Selain cold storage milik Pemprov Jabar yang mulai dioperasikan 2010, adapula cold storage milik pemerintah pusat, yang pengelolaannya diserahkan pada Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra. Sama seperti cold storage milik Pemprov Jabar, cold storage yang dikelola KPL Mina Sumitra juga menggunakan pasokan listrik dari PT PLN (Persero).

Salah seorang bakul ikan lainnya, Dayim, menambahkan, keberadaan cold storage memiliki manfaat yang besar bagi para bakul ikan. Sebelum ada cold storage, dia biasa menggunakan es batu untuk menyimpan ikan yang dibelinya dari pelelangan di TPI Karangsong.

"Kalau ikan yang disimpannya banyak, es batu yang dibutuhkan juga harus banyak," cetus Dayim.

 

Dayim mengatakan, untuk menyimpan ikannya, dulu dia biasa membutuhkan 20 balok-25 balok es batu. Harganya Rp 20 ribu per balok. Jika dikalkulasikan, maka biaya yang dikeluarkannya untuk kebutuhan es batu sekitar Rp 500 ribu per hari. Biaya itu harus dikalikan dengan lamanya penyimpanan ikan.

Kini, Dayim biasa menyimpan ikan di cold storage yang dikelola KPL Mina Sumitra. Tarif yang dikenakan hanya Rp 2.750.000 per bulan per petak. Setiap petak, bisa menampung ikan sebanyak enam sampai tujuh ton.

"Biaya penyimpanan ikan di cold storage lebih irit dibandingkan pakai es batu, lebih irit hingga separuhnya," ujar Dayim.

Selain soal biaya, lanjut Dayim, kualitas ikan yang diawetkan dengan menggunakan es batu juga lebih rendah dibandingkan saat ikan disimpan di cold storage. Menurutnya, kualitas ikan tetap menurun saat diawetkan dengan es batu sehingga harga jual ikan menjadi lebih rendah.

Sedangkan ikan yang disimpan di cold storage, lanjut Dayim, kualitasnya tetap terjaga meski tersimpan dalam waktu yang lama. Seperti yang dilakukannya, saat ini menyimpan enam ton ikan tengiri di cold storage KPL Mina Sumitra sejak awal Desember 2021. Ikan tersebut akan dijualnya untuk kebutuhan di masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

"Saya menyetok ikan tengiri untuk dikirim ke Yogyakarta saat jelang Nataru," kata pria yang menjadi bakul ikan selama puluhan tahun itu.

Bahkan, dengan kualitas yang tetap terjaga di cold storage Karangsong, tak sedikit ikan milik bakul ikan yang juga diekspor ke sejumlah negara seperti China, Korea, India dan Taiwan.

Ikan-ikan yang dilelang di TPI Karangsong itu seluruhnya merupakan hasil tangkap nelayan setempat. Desa Karangsong memang telah lama menjadi sentra nelayan dan perikanan terbesar di Kabupaten Indramayu. Tak hanya berlayar di perairan Indramayu dengan menggunakan perahu kecil, banyak pula  nelayan setempat yang menjadi anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal besar berbobot diatas 100 gross ton (GT).

Kapal-kapal besar yang dibuat secara tradisional di Desa Karangsong, biasa berlayar ke berbagai perairan di Indonesia. Selain Laut Jawa, perairan Sumatera, Kalimantan hingga Papua pun biasa diarungi para nelayan tangguh asal Desa Karangsong.

Dengan aktivitas pelayaran dari nelayannya itu, produksi ikan yang didaratkan di TPI  Karangsong menjadi yang tertinggi di Jawa Barat. Sebagai contoh, pada Oktober 2021, hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Karangsong mencapai rata-rata 50 ton per hari. Besaran produksi itu setara dengan nilai sekitar Rp 900 juta per hari.

photo
Cold Storage Karangsong - (Republika/Lilis Sri Handayani)

TPI Karangsong pun setiap hari tak pernah sepi dari aktivitas bongkar muat maupun pelelangan ikan. Setelah didaratkan dan dilelang, ikan-ikan yang semula disimpan dalam freezer kapal itu langsung diangkut menggunakan mobil berpendingin ke berbagai kota di Indonesia. Selain untuk konsumsi lokal, adapula yang diekspor ke sejumlah negara.

Selain yang langsung dikirim ke berbagai wilayah, sejumlah produksi ikan juga diserap oleh para bakul ikan. Cold storage di desa itulah yang menjadi tumpuan para bakul ikan untuk menyimpan ikannya.

 

Pengelola Satuan Pelayanan Cold Storage Pemprov Jawa Barat, Yeni Asih, mengakui, dibutuhkan lebih banyak cold storage di Desa Karangsong. Dia menyebutkan, ada 33 kapal besar dengan bobot diatas 100 gross ton (GT) di desa tersebut.

Dengan kapasitas cold storage milik Pemprov Jabar sebanyak 100 ton ikan, maka hanya ada sekitar dua kapal besar yang bisa menitipkan ikannya di cold storage. Dengan minimnya cold storage, juragan kapal besar pun langsung menjual ikannya. Sedangkan cold storage selama ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para bakul ikan.

Ada sekitar 30 orang bakul ikan per bulan yang menitipkan ikannya di cold storage milik Pemprov Jabar. "Semua jenis ikan bisa diterima untuk disimpan di cold storage ini, kecuali ikan-ikan yang dilindungi, seperti hiu dan ikan pari," kata Yeni.

Yeni mengatakan, pihaknya bertanggung jawab terhadap penyimpanan ikan di cold storage milik Pemprov Jabar. Dia menyatakan, penyimpanan ikan berlangsung setiap hari dengan dukungan pasokan listrik PLN.

Manager PLN UP3 Indramayu, Danang Setiawan, menyatakan, PLN selalu siap dalam mendukung pasokan listrik dan selalu berusaha untuk dapat menjaga kehandalan listrik. Khusus di daerah Karangsong, PLN UP3 Indramayu berkomitmen tetap menjaga kehandalan listrik.

"Karena seperti yang kita ketahui, di daerah Karangsong memang sangat berpotensi dalam peningkatan ekonomi nelayan," kata Danang.

Seiring membaiknya pandemi Covid-19 selama beberapa bulan terakhir, konsumsi listrik di Kabupaten Indramayu pun mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari humas PLN UP3 Indramayu, penjualan kWh listrik mengalami peningkatan sebesar 1,87 persen dibandingkan dengan tahun 2020 setara dengan 19,8 juta kWh.

Tak hanya di Kabupaten Indramayu, peningkatan konsumsi listrik juga terjadi secara nasional. PT PLN (Persero) memperkirakan konsumsi listrik terus meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi seusai pandemi. Peningkatan konsumsi listrik pada 2021 bahkan memecahkan rekor tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Edwin Nugraha Putra menjelaskan, konsumsi listrik pada Oktober 2021 mencapai 22 Terawatt-hour (TWh). Angka konsumsi bulanan itu bahkan lebih tinggi sejak 2017. Sementara secara kumulatif, hingga Oktober, angka konsumsi listrik secara kumulatif telah mencapai 210 TWh atau tumbuh 4,7 persen dibandingkan  Oktober 2020. 

"Meskipun sebelumnya ada tekanan Covid-19, tapi bouncing cukup cepat. Hingga November ini, kenaikan energi konsumsi yang tinggi melebihi catatan kita dibandingkan beberapa tahun lalu," kata Edwin.

 

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril, menjelaskan, beberapa sektor kegiatan ekonomi seperti rumah tangga, industri dan bisnis retail saat ini bergeliat seiring membaiknya pandemi Covid-19. Sektor industri bahkan mencatatkan pertumbuhan konsumsi listrik yang cukup signifikan, mencapai 10,5 persen selama Agustus 2021.

"Sektor industri ini efek dominonya besar. Ini menjadi sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi kita sudah mulai membaik," ujar Bob.

Seiring menggeliatnya ekonomi, PLN pun menjalankan empat strategi untuk mendorong konsumsi listrik. Pertama, PLN memastikan pelanggan mendapatkan pasokan listrik berapapun daya yang mereka butuhkan.

Kedua, PLN mempercepat semua proses. Seperti misalnya dalam proses sambung baru dan tambah daya, bisa lebih cepat dengan hadirnya aplikasi PLN Mobile. 

Ketiga, selain menyasar industri dan rumah tangga, PLN juga sedang menangkap captive market seperti sektor pertanian, budidaya ikan dan perkebunan.

"Dari segi biaya dan efisiensi kita pastikan lebih andal dengan memakai listrik. Sehingga masyarakat bisa meningkatkan produktivitasnya," kata Bob.

Sedangkan strategi keempat, bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi listrik. PLN terus memberikan kemudahan dan stimulus listrik bagi pelanggan. Mulai dari diskon tambah daya dan dikson pemakaian listrik saat malam hari bagi industri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement