Senin 13 Dec 2021 09:30 WIB

Cerita Taufik Tukangi Senar Raket dari Senayan Hingga Olimpiade

Taufik stringer pertama Indonesia yang menjajal kesibukan kompetisi Olimpiade Tokyo.

Teknisi memasang senar raket tenis di venue tenis Peparnas Papua, Sian Soor, Jayapura, Papua, Kamis (11/11/2021). Panitia Penyelengara Peparnas menyediakan jasa perbaikan raket tenis gratis untuk para atlet yang berlaga pada even tersebut.
Foto: Antara/Indrayadi TH
Teknisi memasang senar raket tenis di venue tenis Peparnas Papua, Sian Soor, Jayapura, Papua, Kamis (11/11/2021). Panitia Penyelengara Peparnas menyediakan jasa perbaikan raket tenis gratis untuk para atlet yang berlaga pada even tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia baru rampung menggelar rangkaian turnamen bulu tangkis bertaraf internasional terlama sepanjang sejarah di Tanah Air, yang berlangsung di Bali selama empat pekan pada 16 November-5 Desember. Hiruk pikuk pun terjadi di Nusa Dua, yang menjadi episenter pelaksanaan acara yang mengusung tiga turnamen yaitu Indonesia Masters (Super 750), Indonesia Open (Super 1000), dan turnamen penutup akhir tahun BWF World Tour Finals.

Kegiatan bertajuk Indonesia Badminton Festival (IBF) ini memakai pranata gelembung, sehingga dibutuhkan tenaga dalam jumlah besar untuk mengurusi hajat peserta dan penghuni area selama kurang lebih satu bulan. Kesibukan terjadi hampir di semua area, baik zona penginapan, dapur restoran, keamanan, hingga ruang media. Tak ketinggalan pula pojok stringing team yang mengurusi kebutuhan perbaikan dan penggantian senar raket pemain.

Menurut Kepala Promosi Yonex Sunrise Berry Tamba, timnya yang terdiri dari lima stringer sudah sibuk sejak hari pertama fase isolasi pada 11 November. Meski turnamen baru dimulai pada 15 November, namun seluruh atlet memanfaatkan waktu senggang mereka untuk berlatih dan uji lapangan.

Setiap atlet dipastikan akan menyambangi pojok stringing team yang lokasinya berada persis di samping arena utama, baik sebelum atau setelah latihan. Beruntung Yonex Sunrise membawa tenaga terbaiknya di ajang IBF 2021, yang sanggup mengurus sekitar 100 raket per harinya. 

"Bahkan pada H-1 turnamen, tim ini sudah merampungkan sebanyak 600 raket pemain," kata Berry.

Angka ini terbilang tinggi mengingat setiap atlet punya delapan hingga 10 raket. Ditambah ajang IBF 2021 memainkan tiga turnamen besar sehingga durasi latihan pun menggemuk.

Dari kelima staf yang diturunkan, salah satunya sudah mengantongi pengalaman tampil di tingkat Olimpiade. Bukan untuk bertanding, melainkan ikut menjadi stringer pada ajang olahraga multicabang terakbar di dunia.

Adalah Taufik Purwadi, pria berusia 42 tahun yang beruntung dengan menjadi stringer pertama Indonesia yang menjajal kesibukan kompetisi Olimpiade di Tokyo 2021. 

 

photo
Ekspresi pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii (kanan) dan Apriyani Rahayu (kiri) saat menang pada pertandingan babak final.  (Raphael Sachetat)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement