REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyebut, penataan pedagang kaki lima (PKL) di sepanjangan trotoar Malioboro dilakukan untuk mengembalikan fasad atau bentuk asli Malioboro. Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) DIY, Srie Nurkyatsiwi berharap, penataan dapat memberikan kenyamanan bagi semua pihak yang ada di Malioboro.
"Sehingga memberikan kenyamanan bagi PKL itu sendiri, termasuk pedagang (toko) yang ada di sana, masyarakat dan wisatawan, tujuannya seperti itu," kata Siwi kepada Republika melalui sambungan telepon, Ahad (5/12).
Siwi menjelaskan, penataan ini juga dilakukan dengan mengembalikan fungsi dari trotoar itu sendiri. Melalui penataan ini, Malioboro pun akan diubah seperti Orchard Road di Singapura dalam rangka mendukung Sumbu Filosofi DIY untuk didaftarkan sebagai warisan dunia ke Unesco.
"Ini menjadi bagian bagaimana mengembalikan fungsi dan budaya-budaya yang ada di Malioboro. Ini yang sebetulnya kita berproses, jadi Malioboro itu kan Sumbu Filosofi dan ini proses penataannya," ujar Siwi.
Penataan yang dilakukan dengan merelokasi PKL di sepanjang trotoar Malioboro ini dinilai tidak menghilangkan ciri khas Malioboro. Siwi menegaskan, penataan PKL tidak akan menghilangkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Malioboro.