REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Semeru yang terletak di Jawa Timur (Jatim) mengalami erupsi pada Sabtu (4/12). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, material lontaran seukuran abu dari gunung tersebut dapat tersebar lebih jauh tergantung. Apa sebenarnya dampak dari debu vulkanik?
Akademisi dan praktisi klinis, Prof Ari Fahrial Syam, mengatakan, debu bisa secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan pada mata, kulit maupun saluran pernafasan. Efek akibat menghirup debu juga bisa muncul dua minggu setelah debu tersebut bertahan dalam sistim pernafasan kita sehingga menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bawah.
"Bahkan jika kandungan silika terus bertahan di paru-paru dalam jangka panjang, hal ini akan menyebabkan silikosis, suatu kondisi yang pada akhirnya membuat fungsi paru akan menurun," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (5/12).
Dia mengatakan, pertanyaan yang timbul sehubungan debu vulkanik gunung Semeru adalah apa kandungan yang terdapat di debu vulkanik tersebut, bagaimana dampaknya bagi kesehatan baik saat ini maupun jangka panjang selain yang telah disebut diatas. Bagaimana sumber air bersih yang terkontaminasi apakah layak digunakan, bagaimana tanaman dan hewan yang terpapar dengan debu vulkanik, ini belum lagi jika peralatan listrik dan mesin-mesin yang terkena debu ini apakah akan rusak.
"Fakta yang ada saat ini, memang bahwa debu vulkanik akan menyebabkan perih pada mata dan menimbulkan gangguan pernapasan berupa batuk dan sesak napas," ujarnya.
Dia menambahkan, pada kulit pun menyebabkan gatal-gatal jika kita terpapar debu vulkanik ini. Debu vulkanik telah menyebabkan jalan-jalan raya di beberapa kota seputar Semeru menjadi licin dan berlumpur setelah hujan tiba dan menyebabkan beberapa kecelakan. Pertanyaan seputar dampak akan debu ini harus dijawab.
"Perlu dilakukan survey kesehatan dan observasi yang terus menerus di rumah-rumah sakit dan tempat-tempat mengungsian mengenai kasus-kasus penyakit yang ditemukan," tambahnya.
Menurutnya, sampai sejauh ini jumlah korban meninggal 13 orang dan korban luka umumnya karena luka bakar, akibat semburan debu panas dari erupsi Gunung Semeru. "Permasalahan kesehatan para pengungsi harus diidentifikasi sehingga langkah-langkah yang tepat harus dilakukan," ujarnya.
Permasalahan kesehatan yang muncul seputar pengungsi adalah gangguan fisik maupun psikis. Kondisi pengungsian yang terbatas seperti keterbatasan tempat tidur yang layak, sarana air bersih khususnya untuk mandi, cuci dan kakus yang terbatas jelas akan berdampak bagi kesehatan para pengungsi.
Selain itu, lanjutnya, faktor kejiwaan para pengungsi juga akan terganggu, karena terdapat faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya stress bagi para pengungsi. Hidup dipengungsian yang tidak jelas, masa depan yang juga tidak jelas.
"Apalagi para pengungsi juga sudah mengalami kerugian akibat kerusakan dan kehilangan harta benda. Hal ini akan menyebabkan kondisi kejiwaan para pengungsi akan menurun," ujarnya.
Semoga para korban sakit segera diobati dan masyarakat yang berdampak terhindari dari gangguan kesehatan lebih lanjut.