Sabtu 04 Dec 2021 17:16 WIB

Para Pencipta Kerajaan Khayal

Sejarah Indonesia terindikasi dengan kisah khayalan.

Prof DR Raden Mas Ngabehi Purbotjaroko (kiri) dan George Coedes
Foto: Ridwan Saidi
Prof DR Raden Mas Ngabehi Purbotjaroko (kiri) dan George Coedes

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, dan Budayawan Betawi.

Prof DR Raden Mas Ngabehi Purbotjaroko, 1884-1964, berpendidikan Belanda, (foto di atas sebelah kiri). Beliau penemu kerajaan Tarumanagara IV M dalam khayalnya. Ia telah salah menerjemahkan dua prasasti: Ciaruteun dan Batu Tumbuh, Priyuk. Arkaeolog menyebut prasasti  Tugu.  Mereka salah lokasi.

Sosok lainnya adaah George Coedes (foto di atas sebelah kanan). Dia dianggap bapak pendiri Sriwijaya yang diklaim berdiri pada VII M.

Coedes lahir di Paris 10 Agustus 1886. Hampir sepantaran dengan Raden Purbocaroko.

Coedes lahir dari pasutri berdarah Yahudi-Hongaria. Ia dianggap ahli purbakala. Profesi aslinya sebenarnya kepala perpustakaan di Paris. Maka dia ragu ketika disuruh Belanda ciptakan kerajaan Sriwijaya. Akhirnya tercipta istilah kedatuan, dari kata datu atau dato. Padahal maksud dari  'dato' ini kuasa adat . Muncullah kedatuan Sriwijaya.

Kata Coedes Sri Wijaya iu berada di Palembang yang dibikin orang India dan Swahili. Kerajaan ini dianggap berkuasa di Sumatera, Malaysia, dan Jawa. Orang-orang India juga sebar Budha.

NOTES 

Migrasi perlu karena juga sebar agama.  Apalagi bikin kerajaan. Secara ekonomi orang India di India tak mendukung saat itu. Baru pada XIX/XX M orang India di Medan yang disebut 'Keling' bekerja di perkebunan, dan  di Jakarta mereka disebut Bombay, dan buka Toko Bombay di Pasar Baru.Ringkasnya kata Coedes berkhayal. 

India Muslim sudah datang ke Indonesia di kalangan warga Makkah baru pada XI M, mereka dari Malabar dan di sini disebut 'Koja', yang artinya kaya. Wanita kaya asal Koja itu di antaranya Fatimah binti Maimun. Makamnya di Gresik. wafat XI M .

Ulama asal Koja yang sangat ahli berdebat adalah Ustadz Ahmad Hassan, 1887-1958. Ia guru M. Natsir dan mitra polemik Ir Soekarno.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement